Lihat ke Halaman Asli

Kris Banarto

TERVERIFIKASI

Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Mengabaikan Balanced Scorecard, Perusahaan Menjadi Tidak Efektif

Diperbarui: 18 Januari 2021   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber. www,pixabay.com)

Ketika perusahaan dalam tahap pertumbuhan biasanya melakukan evaluasi kinerja perusahaan begitu disiplin. Namun ketika perusahaan itu sudah mature, lupa tidak melakukan evaluasi lagi.

Akibatnya strategi yang dijalankan tidak efektif. Mengapa? Karena ia tidak mengukur kinerja perusahaan dalam berbagai perspektif. Dengan demikian kinerja perusahaan akan menurun.

Produk atau jasa yang dihasilkan tidak dapat bersaing lagi di pasar. Keuntungan perusahaan akan menurun dan karyawan mulai tidak nyaman lagi bekerja.

Kasus di atas sebenarnya tidak perlu terjadi, apabila organisasi selalu mengukur kinerja dan proses bisnis perusahaan.

Karena hasil dari pengukuran itu dijadikan strategi organisasi sehingga perusahaan tetap berada dalam kondisi mature.

Balanced Scorecard (BSC)

Balanced Scorecard (BSC) dikembangkan oleh Drs. Robert Kaplan, seorang akademisi dari Harvard Business School dan David Norton, pada tahun 1990. Balanced Scorecard berasal dari kata balanced yang artinya seimbang dan scorecard yang berarti kartu skor.

BSC merupakan suatu metode untuk mengukur hasil kerja organisasi perusahaan dan digunakan sebagai  strategi manajemen. Perusahaan menjadi mengetahui perkembangan perusahaan dan perspektif secara menyeluruh mengenai kinerja organisasi.

Semula BSC dipergunakan untuk mengukur bidang keuangan, kemudian meluas ke perspektif yang lain.

BSC berfungsi untuk mengetahui pencapaian visi dan misi, keunggulan kompetitif yang dimiliki, sebagai alat KPI (Key Performance Indicator) dan sebagai gambaran untuk analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threath).

BSC dapat mengukur efektivitas perusahaan atas strategi yang telah diterapkan. Mengetahui kekurangan dan digunakan untuk menyusun strategi kembali ke dalam 4 perspektif yang berimbang.

Adapun 4 perspektif tersebut adalah keuangan, internal perusahaan, SDM (Sumber Daya Manusia) dan konsumen. Keempat perspektif utama tersebut menjadi poin penting dalam bisnis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline