Lihat ke Halaman Asli

Kris Banarto

TERVERIFIKASI

Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Era New Normal, Marketing Mix 4P+3P Ternyata Tidak Cukup

Diperbarui: 15 Januari 2021   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image Kompas.com

Di dalam pemasaran sudah tidak asing lagi kita mengenal bauran pemasaran 4P (Product, Price, Place & Promotion), dalam perkembangannya bauran pemasaran tersebut tidak cukup dan perlu ditambah dengan 3 P (People, process & Physical Evidence).

Produk yang murni seperti pasta gigi, sabun, mi mungkin hanya perlu strategi 4P, produk bagus, harga terjangkau, distribusi merata dan disertai dengan promosi, maka konsumen dengan mudah akan membeli. Produk tersebut tidak perlu ada layanan yang menyertai misalnya after sales service, tampilan toko yang bagus dan kasir yang ramah.

Produk tersebut memang dibutuhkan oleh konsumen. Berbeda kalau produk yang disertai dengan layanan, maka diperlukan tambahan 3P, misalnya rumah sakit tidak cukup dokternya bagus, obatnya pilihan, tarif kompetitif, tetapi pasien akan melihat kebersihan gedung, pelayanan customer service, apotek, keramahan dokter dan perawat.

Image Brand Well.com

4P (Product, Price, Place & Promotion)

1. Product

Di dalam menentukan produk yang akan dipasarkan para praktisi bisnis dapat mempertimbangkan :

  • Competitive Advantages, apakah kita mau membuat produk yang unggul di bandingan dengan pesaing, dengan tujuan pasar akan menyerap karena produk mempunyai keunggulan baik dari segi kualitas maupun teknologi, misalnya BMW, Apple, Rolex dan sebagainya.
  • Comparative Advantages, strategi ini men-syaratkan produk yang dipasarkan berbeda dengan produk yang telah ada di pasar, berbeda bisa dalam hal desain, fungsi dan fitur lainnya, contohnya Mobil Jeep, Vespa dan lain-lain.
  • Low Cost Product, membuat produk yang fungsinya hampir sama dengan pesaing tetapi harganya lebih murah, misalnya : Air Asia, gawai OPPO, Mobil Agya/Ayla, dan sebagainya

2. Price

Harga merupakan persepsi dari konsumen, karena di dalam harga sebenarnya terdapat brand, kualitas produk, komitmen, service & gengsi. Contohnya  iPhone 11 Pro meluncurkan tipe terbaru pada Februari 2020 dengan harga 22 juta, padahal biaya produksi, over head & promosi jauh di bawah itu. Orang mau membeli karena faktor pride dan prestise.

Sebelum menentukan harga ke pasar kita terlebih dahulu harus mengetahui HPP (harga pokok penjualan) dan di mark up untuk menentukan margin profit perusahaan. Di dalam menentukan harga perlu memperhatikan pesaing, pada posisi barang kita akan di banderol, dengan beberapa strategi :

  • Harga murah di awal misalnya untuk 10 unit pertama, selanjutnya harga normal
  • Beli 2 dapat 1, sama saja dengan harga diskon 33%, dengan tujuan supaya dapat menjual 3 barang sekaligus dalam satu transaksi
  • Setiap pembelian di kasih hadiah
  • Setiap pembelian diberikan voucher dengan nilai tertentu, voucher tersebut untuk berbelanja kembali, untuk merangsang konsumen berbelanja kembali.
  • Pembelian barang pertama normal, pembelian ke-2 diberikan diskon, mendorong konsumen untuk membeli 2 barang.

Pricing strategi dapat berbeda-beda supaya tidak bosan, dan disesuaikan dengan barang yang akan dipasarkan. Jangan seperti toko baju sebelah yang membuat promosi dari dulu sampai sekarang diskon 70%, Anda pasti tahu kan?. Barang-barang tertentu bisa dengan pembayaran cicilan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline