"Segala sesuatu yang kita dengar adalah pendapat, bukan fakta. Segala sesuatu yang kita lihat adalah perspektif, bukan kebenaran". - Marcus Aurelius
Pengertian Perspektif adalah sudut pandang atau pandangan, kalau melukiskan suatu benda pada permukaan mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi. Jadi sebenarnya perspektif dalam melihat sesuatu harus lengkap dari berbagai dimensi, tetapi masing-masing orang mempunyai sudut pandang yang berlainan.
Sudut pandang menjadi berbeda bagi masing-masing orang karena ada nilai-nilai, pengetahuan dan pengalaman yang diyakini dan sudah mengkristal. Dari latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan, pengalaman yang berbeda antara satu dan lainnya.
Dengan adanya perspektif yang berbeda-beda akan memperkaya wawasan sehingga ada solusi yang lengkap atas suatu kejadian atau masalah. Walaupun kadang ada orang harus berselisih pendapat dengan ungkapan emosional karena pandangannya dirasa benar dan pendapat orang lain salah.
Contoh Perspektif Suatu Kejadian
Misalnya ada peristiwa tabrakan, orang ekonomi akan berbicara dengan sudut pandang orang ekonomi, dia akan merinci seberapa besar kerugiannya. Perspektif orang hukum akan berbeda, dia berbicara siapa yang melakukan pelanggaran siapa yang salah dan bagaimana penyelesaian secara hukum.
Berbeda dengan orang berlatar belakang psikologi, dia akan melihat perilaku dan mentalnya, mungkin orang ini lagi stres atau sedang ada gangguan mental sehingga tidak dapat mengendalikan emosinya. Itu baru dari latar belakang pendidikan membuat cara pandang berbeda, belum lagi nilai-nilai, faktor lingkungan yang membentuk dari kecil dan pengalaman membuat semakin beragam orang memberi respons atas suatu kejadian.
Di dunia penjualan ada cerita klasik sebuah perusahaan sepatu mengirimkan tim A untuk survei ke Afrika, dan hasilnya "People in Africa doesn't wear shoes, no opportunity". Perusahaan tidak puas dengan hasil survei tim A dan mengirim tim B untuk melakukan survei yang sama dan hasilnya "People in Africa doesn't wear shoes, fantastic opportunity".
Obyeknya sama tapi perspektifnya berbeda, tim A mewakili orang yang tidak berani tantangan, berpikir pendek dan tidak berani mengambil risiko, inilah orang-orang pesimis. Tim ini berargumen kalau kita menawarkan sepatu pasti akan ditolak habis-habisan karena mereka belum terbiasa memakai sepatu.
Tetapi berbeda dengan tim B, perspektif dia jauh ke depan, melihat peluang dibalik tantangan dan berani mengambil risiko, inilah mewakili orang-orang optimis. Tim ini akan berpikir kalau bisa mengubah budaya orang Afrika dari tidak memakai sepatu menjadi budaya memakai sepatu, maka akan mempunyai prospek sangat besar. Mereka belajar dari pengalaman orang Amerika, Eropa dan Asia bahwa zaman dahulu juga tidak memakai sepatu, tetapi berkembangnya peradaban memakai sepatu menjadi suatu kebutuhan.