Pada zaman Orde Baru kita mengenal dua kubu yang berbeda pandangan antara dua tokoh yang satu teknokrat dan satunya ekonom yaitu yang dikenal dengan sebutan Habibienomics dan Widjojonomics.
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie seorang teknokrat jebolan Jerman yang menganut Competitive Advantages, ia percaya Indonesia bisa menjadi negara industri besar jika dapat membuat produk-produk yang kualitasnya sama negara lain (atau lebih unggul) tetapi harga lebih rendah dan itu dirintis Habibie dengan mendirikan industri pesawat terbang Nurtanio.
Prof Dr Widjojo Nitisastro seorang ekonom lulusan University of California at Berkeley, dikenal sebagai arsitek perekonomian Indonesia menganut teori Comparative Advantages, yaitu kemampuan negara untuk menghasilkan barang yang lebih efisien dari pada negara-negara lain, ia juga menekankan prinsip kehati-hatian (prudent).
Terlepas dari perbedaan prinsip tersebut diatas kita akan belajar apa itu Competitive Advantages, Comparative Advantages dan Differential Advantages.
Keunggulan kompetitif adalah kondisi yang memungkinkan perusahaan atau negara menghasilkan barang atau jasa dengan nilai yang sama dengan harga lebih rendah atau dengan cara yang lebih diinginkan.
Kondisi ini memungkinkan entitas produktif untuk menghasilkan lebih banyak penjualan atau margin unggul dibandingkan dengan pesaing pasarnya. Keunggulan kompetitif dihubungkan dengan banyak faktor antara lain cost, brand equity, product quality, distribusi, aset intelektual, dan customer services.
Competitive Advantages
Keunggulan kompetitif adalah apa yang membuat produk atau layanan entitas lebih diinginkan pelanggan daripada pesaing lainnya. Keunggulan komparatif adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih efisien dari pada kompetitor, yang mengarah pada margin laba yang lebih besar.
Keunggulan diferensial adalah ketika produk perusahaan dipandang sebagai produk yang unik dan berkualitas lebih tinggi, relatif dibandingkan dengan produk pesaing.
Memahami Competitive Advantage