Lihat ke Halaman Asli

Banjir - Let's Be Smarter

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Penyebab banjir macam-macam, namun saya yang punya sedikit pemahaman tentang biologi, sepaham dengan pernyataan BMKG baru-baru ini bahwa penyebab banjir di Jakarta dan sekitarnya ialah akibat ulah manusia; istilah kerennya: antropogenik. Tulisan ini menguraikan beberapa faktor yang berkontribusi pada terjadinya banjir, dan apa yang dapat kita lakukan secara perseorangan atau kelompok untuk menangani masalah ini.

Pelihara ekosistem pencegah banjir

Banyak lokasi pemukiman dan kantor di Jakarta dan sekitarnya – awalnya adalah hutan, rawa-rawa dan hutan mangrove yang dikeringkan, diuruk lalu dibangun. Rawa-rawa dan hutan mangrove merupakan ekosistem penting yang merupakan peralihan daratan ke lautan. Mereka menyaring sampah dan polutan yang terbuang dari daratan ke laut, mengendalikan erosi, menyangga daratan dari kenaikan muka air laut, dan merupakan habitat berbagai jenis burung dan ikan. Rawa-rawa ibarat spons; menjadi penampung air saat hujan lebat dan membebaskan air saat musim kering.  Hilangnya ekosistem ini meningkatkan potensi banjir di daerah sekitarnya pada musim hujan.

Mari kita tengok sungai. Secara alamiah di dalam sungai dan kali terdapat banyak batuan berukuran besar. Keberadaan batu-batu kali memecah arus air sungai yang deras tatkala hujan lebat sehingga menghambat kecepatan arus air. Sebagian besar batu-batu kali besar ini sudah pindah tempat dan beralih rupa karena diambil, dipecah-pecah (Gambar 1 dan 2). dan dijual sebagai bahan bangunan atau taman rumah.

Jaga dan rawatlah taman dan hutan yang tersisa di kota anda. Jika memungkinkan, bangunlah taman-taman baru. Bangunlah daerah serapan air sebanyak-banyaknya.

Biopori

Banjir secara alamiah terjadi jika curah hujan melebihi kemampuan penampungannya. Kita tahu sendiri betapa sedikitnya ruang terbuka yang masih tersisa di kota-kota yang demikian padat penduduk dan bangunan. Jika anda punya taman kecil di rumah - buatlah biopori - lubang resapan air berdiameter 10cm sedalam kira-kira 1m yang diisi dengan serasah/daun-daun kering/bahan organik lainnya. Lubang resapan biopori ini mengaktifkan fauna yang hidup dalam tanah sehingga membentuk biopori, meningkatkan resapan air dan mengurangi aliran air di permukaan tanah.

Kendalikan produksi sampah anda

Seberapa banyak produksi sampah keluarga dan kantor anda? Tentang sungai dan kali penuh sampah sudah banyak dibahas. Yang perlu dikampanyekan ialah bagaimana kita mengurangi produksi sampah dan polusi. Seberapa banyak sampah yang diproduksi oleh rumah tangga atau kantor anda setiap hari? Seberapa sadarnya anda untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, tas plastik, air  botol plastik, berbagai shampoo, sabun dan kosmetik dalam botol plastik? Untuk memproduksi botol plastik berukuran 1L dibutuhkan 3L air dan energi yang sangat besar.

Apakah kantor anda sudah menggunakan kertas daur ulang? Apakah jika nge-print kedua sisi kertas dipakai? Jika anda belanja groseri apakah anda terima saja tas-tas plastik yang diberikan oleh kasir, atau sudah membawa tas sendiri atau menggunakan tas daur ulang? Tas plastik perlu minimum 10 tahun untuk terdekomposisi sempurna. Dekomposisi kaleng perlu sekitar 50 tahun; botol plastik lebih dari 50 tahun.

Berhematlah..

Seberapa sadarnya anda, teman kantor anda, keluarga anda untuk hemat dalam menggunakan air, menggunakan berbagai zat kimia pembersih dan sabun cuci? Sabun dan zat kimia pembersih merupakan komponen utama sampah kota dan polusi. Pertumbuhan ekonomi kita saat ini sangat tergantung pada sumber daya alam dan sumber energi yang tidak terbarukan. Berhemat sangat penting demi kelanjutan hidup anak-anak kita.

Jika anda punya pembantu rumah tangga baby sitter, ajarkan mereka. Jika anda terpelajar dan masyarakat di sekitar anda belum punya kesadaran ini, ajarkan mereka.

Let’s be smart

Iqra! Mari terus membaca dan belajar. Sudah banyak publikasi  tentang  bagaimana menciptakan lingkungan hidup yang sehat yang bisa anda baca dan pelajari. Bacalah tentang bagaimana kota paling ramah lingkungan di dunia, Freiburg di Eropa, mengurangi sampah kota dari 140 ribu ton tahun 1988 hingga hanya 50 ribu ton pada tahun 2012. Separuh kebutuhan energi kota ini diperoleh dari sinar matahari. Partisipasi masyarakat dalam mencapai kondisi ini sangat besar.

Jika anda belanja di supermarket, baca kemasan produk yang anda beli. Pilih produk organik, atau yang kemasannya menggunakan bahan bahan daur ulang. Selaku konsumen kadang anda perlu mendidik para manufacturer. Secara bersama-sama anda bisa menciptakan demand akan produk-produk yang ramah lingkungan.

Kerjasama dan komunikasi

Komunikasikan pengetahuan dan kesadaran anda. Tidak perlu memperhatikan siapa mesti minta maaf kepada siapa. Tidak perlu menyalahkan Jack Wide (terjemahan bebas dari Joko Widodo – piss ya pak J)-  atau tokoh anu - telah gagal…’.  Hindari pengkotak-kotakan wilayah dan tanggung jawab. Alam semesta pemberian Tuhan merupakan milik dan tanggung jawab bersama; batas-batas wilayah pemerintahan tak lebih dari garis putus-putus dalam peta.

Kerjasama antar instansi penelitian, antar instansi pemerintah terkait, antar NGO dan lintas instansi sangat perlu ditingkatkan. Banyak hasil penelitian tentang konservasi lingkungan masih tertinggal di perpustakaan masing-masing.

Penutup

Tingkat pengetahuan dan teknologi yang kita capai sekarang sebetulnya tidak kurang untuk menanggulangi banjir. Kita sudah tau bagaimana cara membuat waduk, kanal dan sistem drainase yang baik. Kita sudah tau klasifikasi sampah, cara mengolah dan mendaur ulang berbagai jenis sampah. Namun penanganan masalah banjir saat ini tidak bisa instan, apalagi yang terjadi sekarang merupakan akumulasi kekhilafan puluhan tahun.

Kita bisa memperbaiki sikap dan tindakan kita. Jumlah penduduk kota, khususnya di Jakarta, telah mendorong batas-batas kemampuan alam dan daya dukungnya terus- menerus. Tingkat ketergantungan dan keterkaitan kita pada alam dan makhluk hidup lain di bumi lebih kompleks dari yang kita pahami saat ini. Manusia merupakan bagian jaringan kehidupan. Jaringan kehidupan ibaratnya selembar kain yang terdiri atas benang-benang. Jika satu persatu benang diuraikan kain akan luruh.

Saat ini generasi kita sedang membentuk masa depan bagi generasi penerus kita. Lingkungan hidup macam apa yang akan kita tinggalkan untuk anak-anak kita? Apakah kita akan bangga mengatakan pada anak kita saat rumahnya kebanjiran sampai ke atap 10 tahun lagi: Oo, masih mending kamu. Jaman bapak dulu cuma sepaha!. Kita tentunya ingin anak-anak kita hidup dalam lingkungan yang sehat dan asri, dan kita dengan bangga menceritakan: Saya dan teman-teman saya punya kontribusi dalam mengurangi banjir di kota ini…dst..

Siapa pun anda, apa pun profesi anda, pasti mampu memberikan kontribusi melalui inovasi dan kreativitas anda. Stay safe and dry everyone….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline