Ketika menghadapi konflik di kelas, sering kali komunikasi antara guru dan siswa menjadi kaku atau bahkan memanas. Misalnya, saat seorang siswa berkali-kali terlambat masuk kelas, guru mungkin secara spontan mengatakan, "Kamu selalu terlambat dan mengganggu pelajaran," sebuah pernyataan yang sering dikenal sebagai You-Statement. Tanpa disadari, kalimat seperti ini dapat memicu respons defensif dari siswa, membuat mereka merasa disalahkan atau bahkan tidak dihargai.
Sebaliknya, I-Statement dapat menjadi solusi yang lebih positif dan empatik. Dengan mengatakan, "Saya merasa kecewa ketika kamu datang terlambat karena itu mengganggu jalannya pelajaran," guru menyampaikan perasaan dan dampak yang dirasakan secara personal tanpa menyudutkan siswa.
Pendekatan ini bukan hanya mencegah siswa merasa terpojok, tetapi juga meningkatkan pemahaman siswa tentang dampak perilakunya. Inilah mengapa I-Statement menjadi sangat penting dalam komunikasi guru-siswa, terutama saat terjadi konflik; ia membuka ruang untuk dialog yang lebih terbuka, membantu siswa merasa didengarkan, dan memperkuat hubungan yang positif di lingkungan belajar.
Apa Itu I-Statement?
I-Statement adalah metode komunikasi asertif yang membantu individu menyampaikan perasaan dan harapan mereka tanpa menyalahkan pihak lain. Mengutip dari buku Teacher Effectiveness Training: The Proven Program for Teacher-Student Communication (Gordon, 2003), I-Statement terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu pernyataan perasaan, situasi, dampak, dan harapan.
Contohnya adalah, "Saya merasa kesal ketika kamu berbicara di kelas karena itu mengganggu konsentrasi belajar, dan saya berharap kamu bisa mendengarkan dengan lebih tenang." Dengan kalimat ini, I-Statement diharapkan memberi ruang bagi guru untuk menyampaikan perasaan mereka secara jelas dan spesifik tanpa membuat siswa merasa disalahkan.
Dalam konteks sekolah, I-Statement memainkan peran penting dalam mengurangi ketegangan antara guru dan siswa serta meningkatkan pemahaman. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan I-Statement dalam komunikasi dapat membangun rasa saling menghargai dan empati antara guru dan siswa, yang pada gilirannya menciptakan lingkungan kelas yang lebih positif dan kondusif.
Misalnya, saat siswa gaduh di kelas, guru dapat menggunakan I-Statement seperti, "Saya merasa terganggu ketika ada yang berbicara saat saya mengajar, karena saya ingin semua orang bisa mengikuti pelajaran dengan baik." Dengan cara ini, siswa dapat lebih memahami dampak perilaku mereka tanpa merasa diserang secara pribadi.
Langkah Praktis
Berikut adalah empat langkah praktis yang bisa dipraktikkan dalam menerapkan I-Statement untuk menghadapi konflik di kelas:
1. Bangun Chemistry dengan Siswa.
Langkah awal ini yang selalu saya terapkan selama 24 tahun mengajar hingga saat ini. Membangun chemistry dengan siswa di awal adalah modal utama bagi guru untuk menciptakan suasana kelas yang harmonis dan produktif. Ketika siswa merasa terhubung dan nyaman dengan gurunya, mereka cenderung lebih termotivasi dan terbuka untuk belajar.