Lihat ke Halaman Asli

Krisanti_Kazan

Learning facilitator in SMA Sugar Group

Rabeg Banten: Dari Meja Raja ke Lidah Rakyat

Diperbarui: 1 Juli 2024   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabeg khas Banten yang bahan dasarnya menggunakan daging kambing muda. (indonesia.go.id/Dok: Banten Travel via KOMPAS.com)

Bersuamikan lelaki asal Serang Banten ternyata menambah pengalaman kuliner nusantara tersendiri. Setelah berkenalan dengan Angeun Lada, kali ini saya berbagi pengalaman mencoba Rabeg daging kambing. Pengalaman pertama saya mencoba Rabeg masakan khas Serang Banten ini benar-benar unik. Penampakannya mirip tongseng (tanpa kol) dengan paduan rasa mirip semur yang kaya akan rempah dengan kuah kaldu rasa manis gurih dan daging kambingnya sangat empuk. 

Rabeg, dengan cita rasa kaya dan aroma rempah yang kuat, telah menjadi ikon kuliner khas Banten.

Hidangan ini tidak hanya memikat lidah para pecinta makanan lokal tetapi juga menarik perhatian wisatawan yang ingin mengeksplorasi kekayaan rasa Nusantara.

Dahulu, Rabeg merupakan sajian istimewa yang hanya bisa dinikmati di meja Sultan Banten. Kehadirannya dalam perjamuan kerajaan menandakan statusnya sebagai hidangan eksklusif, diracik dengan bahan-bahan pilihan dan resep yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Kini, Rabeg telah merambah ke seluruh lapisan masyarakat, menjadi simbol kebanggaan kuliner Banten yang diwariskan dari masa ke masa.

Baca juga: Citarasa Otentik Banten: Angeun Lada untuk Sajian Idul Adha Tanpa Santan

Sejarah Rabeg

Rabeg memiliki akar yang dalam dalam sejarah Kerajaan Banten. Hidangan ini pertama kali muncul di dapur istana sebagai hasil dari pengaruh kuliner Arab yang dibawa oleh pedagang dan ulama yang singgah di Banten.

Kombinasi daging kambing yang empuk dengan rempah-rempah khas Timur Tengah menghasilkan cita rasa yang khas dan kaya, yang dengan cepat menjadi favorit Sultan Banten.

Sultan pertama yang dikenal sangat menggemari Rabeg adalah Sultan Maulana Hasanuddin, yang konon memerintahkan para juru masak istana untuk menyajikan hidangan ini dalam setiap perjamuan penting.

Seiring berjalannya waktu, resep Rabeg diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, tetap mempertahankan keasliannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline