Lihat ke Halaman Asli

Krisanti_Kazan

Learning facilitator in SMA Sugar Group

Bukan Hanya Suami, Bagaimana Peran Orangtua dan Mertua dalam Mencegah Baby Blues Syndrome Pasca Melahirkan?

Diperbarui: 27 Juni 2024   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 baby blues (Foto: Freepik) 

Pengalaman melahirkan anak pertama sempat membuat saya "agak stres" karena harus tinggal berjauhan dengan suami yang bekerja di luar pulau Jawa. Tinggal di rumah orangtua selama cuti melahirkan 3 bulan terkadang ada momen saya merasa tertekan saat ibu saya mengingatkan terus untuk makan berbagai macam sayuran untuk penambah produksi ASI. Sebenarnya itu hal biasa, tetapi entah mengapa terasa berbeda pasca melahirkan. Mungkin perubahan hormon juga yang membuat saya merasa sedikit tertekan sehingga ASI yang keluar sangat minim. Alhamdulillah rasa tertekan itu berangsur pulih dalam waktu singkat karena memang saya menyadari itu adalah bentuk perhatian ibu saya.  

Kehadiran seorang bayi dalam keluarga adalah momen yang penuh kebahagiaan, namun seringkali juga menimbulkan tantangan emosional bagi ibu yang baru melahirkan. Baby Blues Syndrome (BBS), atau yang lebih dikenal sebagai "kesedihan pasca melahirkan," adalah fenomena umum yang dapat mempengaruhi kesehatan mental ibu dalam minggu pertama hingga beberapa bulan setelah melahirkan. Dalam upaya untuk mendukung kesejahteraan ibu pasca melahirkan, seringkali peran suami diangkat sebagai kunci utama dalam memberikan dukungan. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa orangtua dan mertua juga memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan dukungan fisik, emosional, dan praktis kepada ibu. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang bagaimana peran orangtua dan mertua dapat secara signifikan mengurangi risiko Baby Blues Syndrome serta memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi ibu baru.

Peran Suami

Peran suami dalam mendukung kesehatan mental istri pasca melahirkan sangat penting dan dapat mencakup beberapa aspek utama:

Dukungan Emosional. Suami dapat memberikan dukungan emosional yang stabil dan penyemangat bagi istri. Hal ini meliputi mendengarkan dengan penuh perhatian, mengakui perasaan dan tantangan yang dialami istri, serta memberikan dorongan dan pujian atas peran dan pencapaian baru sebagai ibu.

Partisipasi dalam Perawatan Bayi. Suami dapat aktif terlibat dalam perawatan bayi, seperti mengganti popok, memberi makan, dan bermain dengan bayi. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi beban fisik istri tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara suami dan bayi.

Membantu dengan Tugas Rumah Tangga. Selain perawatan bayi, membantu dengan tugas-tugas rumah tangga sehari-hari seperti memasak, membersihkan, dan menangani tanggung jawab lainnya dapat mengurangi stres dan memungkinkan istri untuk lebih fokus pada pemulihan dan peran barunya sebagai ibu.

Menjaga Komunikasi Terbuka. Suami dapat menciptakan lingkungan di mana istri merasa nyaman untuk berbagi perasaan, kekhawatiran, dan kebutuhan mereka. Komunikasi terbuka membantu mengidentifikasi potensi masalah kesehatan mental lebih awal dan mencari bantuan jika diperlukan.

Menyediakan Dukungan Praktis dan Finansial. Suami juga dapat memberikan dukungan praktis, seperti mengatur jadwal kunjungan medis dan menangani kebutuhan finansial keluarga. Hal ini membantu mengurangi beban tambahan yang bisa menjadi faktor risiko untuk Baby Blues Syndrome.

Dengan memainkan peran ini dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, suami dapat menjadi mitra yang kuat dalam mendukung kesehatan mental istri mereka pasca melahirkan.

Peran Orangtua dan Mertua

Peran orangtua dan mertua juga memiliki dampak yang signifikan dalam mendukung kesehatan mental ibu pasca melahirkan. Berikut adalah beberapa peran kunci yang dapat dimainkan oleh orangtua dan mertua:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline