Lihat ke Halaman Asli

Krisanti_Kazan

Learning facilitator in SMA Sugar Group

Perempuan di Garis Depan Transisi Energi Ramah Lingkungan

Diperbarui: 16 Juni 2024   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

EllysaHo | Credit: Getty Images/iStockphoto 

Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran akan pentingnya transisi menuju energi ramah lingkungan semakin meningkat. Perubahan iklim dan degradasi lingkungan mendorong masyarakat global untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan energi. 

Energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa, menjadi fokus utama dalam upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang merusak lingkungan. 

Dalam konteks ini, peran perempuan menjadi sangat penting. Perempuan tidak hanya menjadi pengguna energi, tetapi juga penggerak inovasi, pemimpin kebijakan, dan pendidik dalam komunitas mereka. Mereka memainkan peran vital dalam berbagai sektor, termasuk energi terbarukan, yang sering kali tidak mendapat sorotan yang layak.

Artikel ini bertujuan untuk menyoroti kontribusi perempuan dalam proses transisi energi ramah lingkungan. Dengan memberikan contoh nyata dari kehidupan sehari-hari, artikel ini ingin menunjukkan bagaimana perempuan, dari berbagai latar belakang dan peran, berada di garis depan dalam upaya mewujudkan energi berkelanjutan. Bagaimana perempuan memimpin perubahan, menghadapi tantangan, dan menciptakan peluang untuk masa depan yang lebih hijau dan adil?

Peran Perempuan 

Perempuan memainkan peran penting dalam inovasi dan pengembangan teknologi energi terbarukan. Melansir dari laman stmarys.sa.edu.au, salah satu contoh ilmuwan bernama Dr. Maria Telkes, yang dikenal sebagai "The Sun Queen" atau "Ibu Energi Surya". Dr. Telkes mengembangkan teknologi panel surya efisien yang digunakan dalam berbagai aplikasi, dari rumah tangga hingga industri. Karyanya membantu membuka jalan bagi penggunaan energi matahari yang lebih luas dan efisien.

Dr. Maria Telkes (sumber: culture.hu)

Melansir dari laman energiterbarukan.org, krisis iklim telah menjadi isu mendesak untuk berbagai negara di dunia, dan tujuan pembangunan berkelanjutan menjadi agenda global untuk mengatasi dampak krisis iklim dan memastikan keberlanjutan bumi. Pada tahun 2020, IESR menyelenggarakan Pojok Energi Sustainable Ladies yang mengundang 6 perempuan dari berbagai latar belakang untuk berbagi kisah kontribusi mereka dalam isu keberlanjutan. 

Keenam narasumber tersebut adalah Ratna Susianawati, Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi Pembangunan Kementerian PPPA; Tirza R. Munusamy, Deputy Director of Public Affairs Grab Indonesia; Lia Zakiyyah, Climate Leader Indonesia Climate Reality Project; Mike Verawati, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia; Chandra Kirana, Pendiri dan Direktur Yayasan Sekar Kawung dan Hapsari Damayanti, Patriot Energi Angkatan II, Program Officer Sustainable Energy Access, IESR.

Dari dunia kampus, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melahirkan inovasi energi terbarukan. Mereka merancang "Mikrohidro", alat pembangkit listrik menggunakan tenaga air dan surya (hybrid). Alat tersebut merupakan karya tim mahasiswa Eco Campus, FMIPA. Ketua tim, Natasyah Valencia Nilafah Gea mengatakan bahwa alat yang mereka buat menggabungkan antara tenaga mikrohidro yang memanfaatkan debit air dengan tenaga surya.

Tim eco campus (sumber: www.unesa.ac.id )

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline