Lihat ke Halaman Asli

Krisanti_Kazan

Learning facilitator in SMA Sugar Group

"Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat", Menyambut Hari Lanjut Usia Nasional Melalui Ruang Kelas

Diperbarui: 29 Mei 2024   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi lansia bahagia (sumber: shutterstock)

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, hiduplah Mbah Warsi, seorang lansia, dengan tubuh rapuh dan langkah gemetar, ia harus menanggung beban hidup tanpa ada tangan yang siap membantu. Dia bangun setiap pagi dengan rasa sakit yang menusuk-nusuk, sementara satu-satunya teman yang menemaninya adalah kesepian yang menghimpitnya seperti tekanan yang tak berkesudahan. Kisahnya penuh dengan rintihan kesendirian dan kepedihan yang tak terucapkan. Tiap hari dia berjuang melawan derita fisik dan emosional, tanpa ada seorang pun yang bersedia mendengar cerita hidupnya yang pahit. Dalam kesendirian yang menyiksa, kenangan-kenangan indah masa lalu terus menghantui, sementara masa depan tampak semakin suram dan tanpa harapan. Baginya, setiap hari adalah perjuangan yang tak kunjung usai, di tengah riuhnya dunia yang sibuk dan tak perduli.

Ilustrasi Mbah Warsi tersebut mungkin sering ditemui di sekitar kita. Lansia yang hidup kesepian dan tidak berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mungkin di masa mudanya, para lansia tersebut hidup berkecukupan dan turut berkontribusi di masyarakat. Tetapi di masa tuanya hidupnya cukup menderita dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

Dalam perayaan Hari Lanjut Usia Nasional setiap tanggal 29 Mei, kita diingatkan untuk menghormati dan menghargai kontribusi yang berharga dari para lansia dalam masyarakat. Namun, perayaan ini bukan hanya tentang penghormatan semata, melainkan juga merupakan kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan generasi yang lebih tua. Di ruang kelas, integrasi pembelajaran dari lansia tidak hanya memberikan perspektif yang kaya, tetapi juga memperkaya pengalaman pendidikan siswa dengan nilai-nilai yang tak ternilai harganya. Dengan memahami dan menghargai warisan dan kontribusi lansia, kita tidak hanya membangun hubungan antar generasi yang lebih baik, tetapi juga membantu siswa menjadi individu yang lebih bijaksana, berempati, dan bertanggung jawab dalam masyarakat.

Melansir dari kemensos.go.id, Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang diperingati setiap tanggal 29 Mei merupakan hari di mana negara Republik Indonesia ingin mengapresiasi berupa penghargaan atas semangat jiwa raga serta peran penting dan strategi para lanjut usia Indonesia dalam kiprahnya mempertahankan kemerdekaan, mengisi pembangunan dan memajukan bangsa. Hal ini diinisiasi atas peran Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat yang memimpin sidang BPUPKI pada tangal 29 Mei 1945, sebagai anggota paling sepuh (tertua), yang dengan kearifannya mencetuskan gagasan perlunya dasar filosofis negara Indonesia. HLUN dicanangkan pertama kali secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 29 Mei 1996 di Semarang.

Makna Peringatan HLUN Saat Ini

Peringatan Hari Lansia Nasional dengan tema "Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat" memiliki makna yang dalam dalam konteks pembangunan sosial dan kemanusiaan. Tema ini menyoroti pentingnya memberikan perhatian yang layak dan terjamin bagi para lansia sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan bangsa. 

Lansia adalah bagian berharga dari masyarakat yang telah memberikan kontribusi besar selama hidup mereka, dan oleh karena itu, mereka berhak untuk diperlakukan dengan hormat dan mendapat perhatian yang layak. Dalam konteks ini, "Indonesia Bermartabat" mencerminkan komitmen untuk menghormati dan melindungi hak-hak serta kesejahteraan para lansia, sehingga mereka dapat merasa diakui dan dihargai sebagai bagian integral dari bangsa ini.

Dalam peran pendidikan saat ini, tema tersebut menggarisbawahi pentingnya integrasi nilai-nilai seperti empati, penghargaan, dan tanggung jawab sosial dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan sikap yang menghargai semua lapisan masyarakat, termasuk lansia. 

Guru memiliki peran kunci dalam membimbing siswa untuk menghormati dan memahami nilai-nilai kemanusiaan yang universal, serta mendorong partisipasi dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para lansia. Melalui pendidikan yang inklusif dan berbasis nilai, generasi muda dapat dibekali dengan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya perawatan dan penghormatan terhadap para lansia, sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang bermartabat bagi semua warganya, tanpa terkecuali.

Implementasi Program di Sekolah

Mengintegrasikan pembelajaran dari lansia ke dalam ruang kelas dapat memberikan perspektif yang kaya dan berharga bagi generasi muda. Berikut adalah beberapa cara bagaimana kita bisa merayakan Hari Lanjut Usia Nasional di sekolah dan ruang kelas.

Para siswa SMP Methodist 2 Palembang saat berkunjung ke panti jompo Myria (sumber: SRIPOKU.COM/YULIANI)

1. Mengundang Lansia sebagai Pembicara

Mengundang lansia sebagai pembicara tamu di kelas adalah salah satu cara efektif untuk memulai pembelajaran ini. Mereka bisa berbagi pengalaman hidup, tantangan yang dihadapi, serta cara mereka mengatasi berbagai masalah. Cerita-cerita ini tidak hanya menginspirasi, tetapi juga memberikan wawasan praktis tentang nilai-nilai seperti ketekunan, kesabaran, dan kebijaksanaan.

2. Proyek Sejarah Keluarga

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline