Jajan ke Pasar Takjil di Pedalaman Area Kebun Tebu) bersama anak laki-laki saya yang masih duduk di kelas 4 SD.
Tulisan ini terinspirasi dari kejadian beberapa hari lalu ketika saya ngabuburit sambil mencari jajanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Pendopo (Baca juga:Saat kami sudah selesai membeli makanan untuk berbuka dan menuju ke area parkir untuk pulang, tiba-tiba anak saya berucap "Ma, kita ke dalam pendopo lagi ya". Sedikit bingung saya meresponnya, "Lho, kan kita sudah beli yang dibutuhkan".
Lalu saya berjalan mengikuti langkahnya menuju ke bagian ujung yang terlihat sepi pembeli. Dia berhenti di depan seorang ibu penjual yang saat itu ditemani anak laki-lakinya menjaga dagangnnya. "Mau beli yang mana, Nak?" saya bertanya kepada anak saya.
Kemudian dia menunjuk salah satu jajanan yang setahu saya itu bukan makanan kesukaannya yaitu pempek. "Beli yang ini, Ma" ujarnya.
Dengan sedikit heran, saya mengiyakan dan segera membayar makanan seharga 10 ribu rupiah/pack itu sambil berucap terima kasih kepada ibu penjual. Ibu penjual menerima uang tersebut sambil berucap Alhamdulillah dengan khidmat.
Ya Allah, sepertinya kami pembeli pertama yang sangat ditunggu dan disyukuri olehnya (saya terharu sekali melihat ekspresinya).
Kemudian saya berjalan mengikuti anak saya yang tiba-tiba berbelok lagi ke ibu penjual di area tengah menuju ibu penjual lain yang juga ditemani anak perempuannya.
Dagangannya terlihat sepi pengunjung. Hanya ada kami, dan anak saya meminta 3 buah kue donat sederhana. Lalu saya membayarnya seharga total 3 ribu rupiah. Kemudian kami berterima kasih dan segera beranjak keluar pendopo menuju area parkir motor untuk pulang.
Dengan rasa penasaran, dalam perjalanan ke parkiran, saya bertanya, "Nak, kenapa kamu tadi minta ke dalam lagi untuk jajan? Kan kita sudah cukup membeli makanan tadi dan kamu kan juga tidak suka pempek".
Anak saya menjawab dengan polosnya, "Ya, tidak apa ma, aku hanya ingin mereka merasakan senang dagangan mereka laku ada yang beli. Mereka itu ibunya teman sekolahku, tadi kan Wahyu dan Fara menemani ibunya berjualan". Masya Allah, rasanya jlebbb mendengar jawabannya.
Terharu dan bersyukur dengan jawaban singkat itu serasa air mata ini hampir jatuh. Segera saya peluk dan cium keningnya sambil berucap, "Masya Allah, terima kasih ya anak sholeh. Mak senang dengan sikapmu ini".