Lihat ke Halaman Asli

Sri Kristiyani

Menulis itu perlu ide dan ide itu perlu dicari dan direnungkan

Gagne's Nine Levels of Learning dari Kacamataku

Diperbarui: 14 Oktober 2021   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang berasal dari Amerika, yang banyak melakukan penelitian mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hierarki belajar. Teori belajar yang dikemukakan Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkal pada teori pemrosesan informasi. 

Menurut Gagne, cara berpikir seseorang tergantung pada kondisi internal, yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan kondisi eksternal, yaitu rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini oleh Gagne disebut "Gagne's Nine Levels of Learning".

Merupakan proses sistematis yang memiliki pendekatan behavior dengan fokus pada hasil atau perilaku selama proses pembelajaran. Artinya, semua 9 tahapan itu tidak bisa diacak, dikurangi, ataupun diganti serta harus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. 

Hal inilah yang membuat teori Gagne ini tidak mudah untuk dilaksanakan, terutama dalam pembelajaran daring yang waktu sinkronusnya pun dibatasi. Meskipun demikian, saya sangat tertarik dengan teori ini dan akan menyoroti 2 kelebihannya dalam bentuk sebuah refleksi.

Kebihan pertama, teori Gagne mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran dengan detail sehingga pembelajaran yang akan dilakukan menjadi lebih terarah dan terstruktur. 

Setelah saya membaca "Gagne's Nine Levels of Learning" dengan saksama, tahapan-tahapan awal pembelajaran sampai akhir ditulis dengan detail sehingga itu memerlukan pemikiran yang matang dan kreatif sebelum melakukan pembelajaran. 

Kalau dibandingkan dengan rancangan pembelajaran yang saya buat, tahapan yang saya lupakan, yaitu meningkatkan daya ingat dan pertukaran pengetahuan (enhancing retention and transfer) karena penutup sebuah pembelajaran yang saya lakukan biasanya hanya menilai kinerja dengan sumatif atau rubrik. 

Hal inilah yang mungkin membuat anak melupakan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Misalnya, aspek kebahasaan tentang kalimat aktif dan pasif serta kalimat majemuk. Itu sudah pernah dipelajari di kelas 7 dan 8, tetapi begitu di kelas 9, saya harus mengulang dari awal lagi, benar-benar dari konsep dasarnya.

Sementara itu, tahapan yang terkadang saya lupakan adalah memberikan umpan balik (providing feedback), terutama yang dari teman serta siswa sendiri dalam bentuk refleksi. 

Padahal, hal ini penting untuk melatih siswa menyadari kekurangannya dalam mempelajari materi tertentu sehingga bisa memperbaiki pada tahapan materi berikutnya serta melatih siswa untuk bisa menilai kelebihan dan kekurangan orang lain dengan memberikan kritik ataupun pujian. 

Selain itu, saya juga kurang maksimal dalam tahapan mengingat kembali pengetahuan yang telah dipelajari (stimulating recall of prior learning) karena biasanya saya melakukan hanya sekilas dan itu pun tidak konsisten dengan alasan waktu pembelajaran daring yang saya punya tidak banyak, yaitu hanya 80 menit sesi sinkronus dalam satu minggu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline