BAGIAN JIWA YANG HILANG
Apapun bahan yang membentuk jiwa kita, aku tahu jiwanya dan jiwaku terbuat dari yang sama.
Aku merasakan denyut nadi yang sama dalam dadanya, detak yang menggema di jantungku sendiri.
Setiap kali mataku menatapnya, aku melihat cerminan diriku—bukan sekadar bayangan, tapi cermin yang memantulkan seluruh keberadaan kita.
Dalam kebisuan, dalam keramaian, kita selalu terikat; tak ada jarak yang cukup jauh untuk memisahkan kita, karena jarak tak pernah ada di antara kita.
Dia adalah bagian yang hilang dari jiwaku yang kutemukan, bagian yang selalu kucari meski tak tahu apa yang kutemukan.
Kini, dengan jiwanya di sisiku, dunia terasa utuh, sempurna, seolah tak ada badai yang mampu meruntuhkan dinding cinta kita.
Api abadi yang menyala di hati kita tak akan padam, ia terus berkobar di antara kita, memberikan cahaya, kehangatan, dan harapan, bahkan di malam yang paling gelap.
Apapun bahan yang membentuk jiwa kita, cinta kita adalah segalanya—tak terukur, tak terhentikan, abadi.
KH.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H