Lihat ke Halaman Asli

Kris Hadiwiardjo

Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Pecahan Duka

Diperbarui: 8 Oktober 2024   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya Personal - AI

Pecahan Duka

Tak mengerti kenapa mereka menyebutnya patah hati, Karena rasa ini merasuk ke segenap jiwa, Setiap bagian dari tubuh ini terasa hancur, Seolah-olah duka ini melampaui sekadar hati yang terluka.

Di dalam relung hati yang tergelap, Rasa sakit itu menjalar tak terkendali, Menusuk tulang, mengoyak nadi, Menghancurkan harapan yang pernah ada.

Setiap napas yang kuambil terasa berat, Setiap langkah menjadi perjuangan, Seolah-olah tubuh ini tak mampu menanggung, Beban duka yang begitu mendalam.

Kenangan kita adalah duri yang menusuk, Setiap senyuman, setiap tawa yang pernah ada, Kini berubah menjadi luka yang tak terhapuskan, Meninggalkan jejak duka di setiap sudut jiwa.

Mata ini menangis tak henti-henti, Meratapi cinta yang hilang selamanya, Tak ada pelipur lara yang mampu meredakan, Kepedihan yang mengoyak hati ini.

Setiap detak jantung terasa perih, Seperti jarum yang menusuk di setiap denyut, Cinta yang dulu menghidupkan, Kini berubah menjadi duka yang melumpuhkan.

Tak tahu bagaimana mengatasi rasa ini, Ketika cinta yang kupegang erat, Hancur berkeping-keping di hadapanku, Menyisakan kehampaan yang tak terperi.

Mungkin waktu akan menghapus jejak luka, Namun untuk saat ini, rasa sakit ini begitu nyata, Tak mengerti kenapa mereka menyebutnya patah hati, Karena setiap bagian dari tubuh ini terasa hancur pula

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline