Lihat ke Halaman Asli

Kresna Azhi Fahlevi

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Rijsttafel, Jejak Akulturasi dalam Budaya Kuliner Nusantara

Diperbarui: 28 Agustus 2022   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rijsttafel yang dihadiri F. Van Mourik dan masyarakat pribumi di Mojokerti, 1921. (sumber: National Geographic Indonesia) 

Dalam kilas balik sejarah kolonialisme atau penjajahan di dunia, Indonesia termasuk salah satu negara yang paling lama mengalami penjajahan. 

Terhitung sejak tahun 1512 hingga tahun 1945 tercatat enam nama negara yang pernah menjajah negeri ini, yakni Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis, Inggris dan Jepang. 

Kemudian dari keenam negara tersebut Belanda adalah negara yang paling lama menduduki kursi penjajahan di Indonesia (sekitar 350 tahun). Tindak penjajahan ini tentu sangat menyengsarakan kehidupan masyarakat pribumi (sebutan masyarakat Indonesia dahulu) dengan berbagai sisi negatif disamping ada pula sisi positifnya. 

Maka tak ayal bangsa Indonesia sampai sekarang banyak mendapat pengaruh dari negara-negara tersebut di berbagai bidang kehidupan. Bahkan mengarah pada terbentuknya akulturasi budaya, seperti misalnya di bidang kuliner. 

Apabila melihat perkembangan kuliner di Indonesia sendiri, kita dapat menemukan banyak jejak akulturasi budaya di dalamnya. Mulai dari cara penyajian, menu makanan yang disajikan sampai cita rasa makanannya. Salah satu bentuk akulturasi budaya kuliner di Indonesia yang akan kita bahas adalah budaya makan "Rijsttafel" dari Bangsa Eropa, terkhusus Belanda.

Apa itu Rijsttafel?

Rijsttafel adalah istilah yang digunakan oleh kalangan keluarga Eropa (Belanda) untuk menunjukan sebuah budaya makan eksklusif yang menghidangkan berbagai macam hidangan menu dalam satu meja makan. Istilah "rijsttafel" pertama kali digunakan oleh orang Belanda untuk menunjukkan kebiasaan makan nasi dari generasi ke generasi yang akhirnya menjadi budaya sendiri dalam ruang lingkup kehidupan orang-orang Belanda. 

Secara sederhana, dalam bahasa Belanda, budaya kuliner ini terdiri dari dua suku kata: "rijst" berarti nasi atau beras yang sudah di masak, sementara "tafel" bermakna meja juga bermakna kias untuk hidangan (Anggraeni, 2015: 92-93)

Budaya makan Rijstaffel sendiri merupakan sebuah budaya makan yang memadukan antara budaya makan orang-orang Eropa, khususnya bangsa Belanda, dengan budaya makan penduduk pribumi Hindia-Belanda (Indonesia sekarang). 

Pertemuan budaya Eropa-Indonesia dalam Rijsttafel ini tidak dapat dilepaskan dari sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia yang berlangsung selama kurang lebih 3,5 abad. 

Adapun istilah Rijsttafel ini mulai masuk dan populer di Hindia-Belanda sekitar tahun 1870-an. Saat itu, orang Belanda mulai banyak berdatangan dari daerah koloni berkat dibukanya Terusan Suez. 

Singkat cerita, orang Belanda yang sedikit kaget dengan iklim tropis mulai menyesuaikan diri. Salah satu caranya, mereka harus beradaptasi dengan keadaan lingkungan dan budaya negara koloninya, yakni Hindia-Belanda, termasuk dalam hal makanan.

Akulturasi Budaya dalam Rijsttafel

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline