Lihat ke Halaman Asli

Koteka Kompasiana

TERVERIFIKASI

Komunitas Traveler Kompasiana

Tips Memotret Saat Travelling Supaya Foto Tidak Ambyar

Diperbarui: 18 September 2020   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zoom Meeting Koteka 19 September (Sumber: FB Koteka)

Selama ini, orang Eropa bahkan seluruh dunia sudah tahu betul bahwa orang Jepang sangat terkenal suka berkeliling dunia dan juga tukang memotret, di manapun mereka berada. Ada jengkerik difoto, ada sawah difoto, ada bakul blanjan lewat difoto, ada orang pakai caping difoto. Semua, deh enggak bakal terlewatkan. Sekali travel fotonya ribuan. 

Kita ini memang orang Indonesia dan bukan orang Jepang. Namun sepertinya, kita-kita ini juga sama seperti mereka, apa-apa difoto. Nggak salah sih, sebab selama traveling, rasanya rugi kalau tidak ada dokumentasi. Entah itu foto candid atau foto yang harus dibidik dengan gaya yang lama dan rumit, semuanya akan menjadi sebuah kepuasan jika hasilnya bagus dan menarik. Istilahnya, ada nyawa sehingga gambar bisa bercerita meski tanpa bla-bla-bla yang bisa jadi bikin pusing kepala. 

Lantas, sering kali pula kita melihat foto-foto di medsos seperti Instagram yang menampilkan keindahan sebuah tempat wisata yang bak surga. Kesan kita: 

"OMG."

"Ini beneran? Di mana?" 

"Seindah itukah? Atau hanya lebih indah dari aslinya karena kamera dan atau tekniknya?" 

Ngaku saja, kita-kita ini sempat iri, ngiler bahkan bertanya-tanya dalam hati, bagaimana ya caranya, supaya foto-foto karya kita juga nyaris mirip milik mereka? Mengapa foto-foto kita tidak sebagus milik mereka bahkan terkesan ambyar? Bukankah kamera smartphone, kamera pocket atau kamera DSLR kita enggak recehan. Masak enggak bisa, sih? 

Adalah Nanang Diyanto. Kompasianer yang juga perawat negeri itu ternyata photographer. Ke mana-mana nentengnya kamera, bukan jarum suntik. Selama berkeliling di sela rutinitas kerjanya, ia senang menjepret keindahan budaya dan alam Indonesia. Penyuka kuliner ini memang paling senang budaya dan pesantren, meski mengaku bukan santri.

Segera, ia akan berbagi banyak hal tentang tips memotret acara budaya. Misalnya begini, kalau penari kan bergerak-gerak selama musik mengalun. Kalau kita yang motret, bisa saja menangkap gambar penari. E, cuma dapat kepalanya. Sudah gitu, itu saja mukanya buram lah, melebar lah, separoh lah. Aduh, bagaimana, coba? 

Mas Nanang adalah contoh Kompasianer yang suka njepret dan hasilnya bening betul. Enggak percaya? Bisa simak di instagramnya. Selain itu, mas Nanang sudah berkali-kali mengikuti pameran foto Komunitas Traveler Kompasiana di Malang, Semarang, Jakarta dan Jerman. Artinya, kita boleh angkat topi karena karyanya tidak hanya sekedar kata-kata yang berbusa. 

Ada lagi Kompasianer Dhave Danang. Pria yang bekerja sebagai dosen itu, sangat menyukai traveling. Ia memang tidak mencari kuman atau bakteri seperti di laborat, melainkan bebas menikmati keindahan alam dan mengabadikannya dalam karya foto Ada lagi Kompasianer Dhave Danang. Pria yang bekerja sebagai dosen itu, sangat menyukai traveling. Ia memang tidak mencari kuman atau bakteri seperti di laborat, melainkan bebas menikmati keindahan alam dan mengabadikannya dalam karya foto.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline