Lihat ke Halaman Asli

Wicaksono Bayu

Creative Consultant - Content Creator

Dramatisir Kaum Hawa, Kurangnya Kecerdasan Emosional?

Diperbarui: 25 Juni 2015   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernah mendengar istilah "DRAMA QUEEN" ? Ya, kata Ratu yg melekat pada istilah tersebut memang sukar untuk dipisahkan. Pun bila ada satu dua yg membantahnya, tetap tak bisa mengurangi jumlah angka ibu-ibu & mbak-mbak penggemar setia telenovela, sinetron, & sinema India. Mungkin bila dulu diadakan survey jumlah penonton setia sinetron Tersanjung yg cukup "immortal" dengan beratus-ratus episodenya itu, 85%-nya penulis yakin berjenis kelamin WANITA. Hal inilah yg memantik rasa penasaran penulis, mengapa kaum perempuan begitu menggemari sesuatu yg berunsur drama?

Tidak berhenti pada definisi wanita penggemar sinetron drama, julukan "Ratu Drama" itu sendiri biasanya disematkan untuk wanita pelaku drama yg tidak pada tempatnya. Dalam hal ini, penulis merujuk pada pengertian drama menurut Sri Sutarni, S.Pd & Drs. Sukardi, M.Pd yg merupakan cerita tentang kehidupan manusia yang diperankan DIATAS PANGGUNG. Di tempat seperti panggung teater, atau karya sastra semacam cerpen, novel, kemudian biasanya diadaptasi pada layar kaca berupa sinetron/FTV berlanjut hingga layar lebar di gedung bioskop. Ya, disitulah drama layak mendapat wadah & bahkan apresiasi.

Disini lah penulis menemui fakta di lapangan, banyak sekali kaum hawa yg secara sadar ataupun tidak, akibat adiksi pada sinetron/film drama yg dilihatnya, lalu dikombinasikan dengan bawaan kodratnya yg mempunyai siklus bulanan, yg menurut ahli medis sangat besar signifikansinya terhadap mood, kemudian lantas "kebablasan" berubah menjadi Ratu Drama dengan menerapkan adegan drama yg ditontonnya tersebut di kehidupan sehari-hari. Bahkan pada beberapa wanita ada yg tingkatnya sudah sedemikian parah hingga membutuhkan penanganan psikiater. Ironisnya, sebagian kecil dari wanita tersebut (teman si penulis) ternyata menamatkan pendidikan sebagai sarjana psikologi!

Berkaca dari realita di lapangan, seorang wanita yg menyandang gelar S1 Cum Laude, yg menyiratkan bahwa wanita ini ber-IQ tinggi, tak serta merta selalu berbanding lurus dengan tingkat kecerdasan emosionalnya. Ditambah pengakuan dari sebagian teman si penulis yg ternyata mengambil pendidikan psikologi justru dengan motif karena ketidakmampuan mengontrol emosinya. Hal inilah yg akhirnya menjadi kesimpulan dari analisa sporadis penulis, predikat "Ratu Drama" yg disandang kaum hawa ini cenderung dilatarbelakangi "kegagalan" mengendalikan rasa emosional. Adegan sinetron yg terbawa ke alam bawah sadar kemudian dipresentasikan secara berlebihan dalam kehidupan nyata menunjukkan adanya ketidakmampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri.

Kecerdasan Emosional atau EQ, pada masa sekarang ini  ada baiknya juga diperhatikan oleh kaum perempuan. Training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) diharapkan bisa menjadi sarana untuk membantu wanita meningkatkan kecerdasan emosionalnya, yg memang erat sekali kaitannya dengan level spiritual. Hal ini juga yg lantas membuktikan bahwa tingkat kedewasaan seseorang, tidak ada relevansinya dengan usia. Tingkat kecerdasan emosional-nya lah yg lebih banyak berbicara. [caption id="" align="aligncenter" width="313" caption="Sumber : Google"][/caption] *Dirangkum dari berbagai sumber & pengalaman pribadi penulis*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline