Walaupun terkesan seperti promosi, tapi tulisan ini bukanlah endorse, atau sejenisnya. Topik ini saya angkat karena saya benar-benar takjub dengan konsepnya dan tidak ingin kalau hal ini sampai berhenti karena si pemilik ide berani menjalankan model bisnisnya walaupun sangat berisiko untuk gagal di tengah konsumen Indonesia yang minat bacanya sangat rendah.
Oke, jadi bertahun-tahun yang lalu saat streaming musik mulai menjamur, muncul pikiran dalam kepala saya kenapa tidak ada semacam "spotify for books".
Karena untuk konten video sudah ada netflix, disney+ dan sejenisnya. Sedangkan konten audio sudah banyak sekali penyedia konten seperti Spotify, Joox atau Apple Music.
Saat saya coba membahas itu dengan teman-teman, semuanya rata-rata memberikan alasan bisnis seperti itu tidak akan berjalan di Indonesia karena minat bacanya sangat rendah.
Sudah banyak perpustakaan di Indonesia yang pada dasarnya iurannya sangat murah tetapi tetap saja tidak banyak orang tertarik pergi ke perpustakaan.
Loh tapi bisa saja kan orang malas membaca karena harga buku itu mahal? Kata saya. Sama seperti pembajakan film atau musik sebelum era streaming, orang tidak mampu membeli CD asli atau sayang untuk mengeluarkan uang untuk menikmati CD yang hanya berisi 5-8 lagu.
Padahal ada CD bajakan yang berisi ratusan lagu yang sebenarnya kualitas audionya bikin telinga sakit, tapi orang tidak peduli. Jika seandainya ada sistem baca buku sepuasnya hanya dengan membayar biaya langganan bulanan bukankah itu bisa menarik minat baca?
Teman saya bilang, kan yang seperti itu memang sudah ada. Namanya perpustakaan dan kamu bisa liat sendiri kondisinya bagaimana, kata dia.
Sampai pada akhirnya beberapa hari yang lalu ada email masuk ke inbox saya seperti pada gambar diatas. Loh... jaringan penerbit dan toko buku terbesar di Indonesia ini ternyata punya "spotify for books" seperti yang saya impikan tadi?