Lihat ke Halaman Asli

Kotak Energi

Media Berbagi Energi

Gucci, Sukses di Masa Senja

Diperbarui: 1 April 2019   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: unsplash.com

Kotak Energi - Siapa yang tidak mengenal Brand dunia GUCCI, salah satu brand yang menjadi kiblat fashion di dunia. Berawal dari ide sederhana seorang Guccio Gucci yang saat itu sudah menginjak usia 40 tahun saat melihat tamu-tamu hotel yang menenteng tas-tas yang elegan, akhirnya Guccio mendapatkan ide untuk membuat tas dengan merek dan desainnya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa usia tidak menjadi halangan bagi seseorang untuk berkreasi dan meraih kesuksesan.

Sekitar tahun 1905, Guccio Gucci kembali ke kampung halamannya Kota Florence,Italia untuk memulai membangun kerajaan bisnisnya. Tas yang pertama kali ia buat adalah tas khusus untuk para penunggang kuda. Usahanya semakin maju sampai di tahun 1937 ia merilis merilis produk tas bambu atau Bamboo Bag. Lagi-lagi, mungkin karena kecintaannya pada kuda, ia mendesain tas khusus berkuda dengan pegangannya yang terbuat dari bambu. Dan sampai hingga kini, bamboo bag masih menjadi produk andalan.

Guccio Gucci memiliki 3 orang anak lelaki yang membantunya dalam menjalankan bisnis. Bersama Aldo Gucci, Vasco Gucci, dan Rodolfo Gucci, ia memperluas bisnisnya dengan menambahkan beberapa butik di Florence. Butik Gucci juga mulai merambah keluar kota, yakni di Roma dan Milan dengan aneka produk berbahan kulit yang menampilkan tas, sepatu, dan sepatu boot lengkap dengan pakaian berornamen rajutan pola signature.

Perjalanan kerajaan fashion GUCCI bukannya tidak mengalami intrik-intrik dan drama diantara para pemegang sahamnya yang notabene adalah anak dan keluarga Guccio Gucci. pada tahun 1995, publik dibuat heboh dengan terbunuhnya generasi ketiga Gucci tersebut di Milan. Tersangka di balik peristiwa naas itu adalah istrinya sendiri yang bernama Patrizia Reggiani yang mempekerjakan seorang pembunuh bayaran. Akhirnya,para investor Gucci memutuskan untuk mempromosikan Domenico De Sole, seorang pengacara keluarga yang berpendidikan Amerika ke posisi presiden Gucci Amerika dan Chief Executive.

Sampai pada tahun 1997, Gucci memiliki 76 toko Gucci di seluruh dunia. Berkat kerjasama Ford dan De Sole yang mengambil keputusan untuk mengakuisisi Group Gucci kepada Bottega Veneta, Yves Saint Laurent Rive Gauche, Sergio Rossi, Boucheron, dan sebagian kepemilikan pada Alexander McQueen, Stella McCartney serta Balenciaga, Gucci berhasil perlahan-lahan naik kembali ke permukaan.

Sebanyak 60% saham Gucci di miliki oleh seorang konglomerat Perancis bernama Pinault-Printemps-Redoute yang membuat sedikit banyaknya kamoung halaman awal Gucci berdiri menjadi terlupakan. Sebagai terobosan baru,ditahun 2005 Gucci memperkerjakan Frida Giannini seorang desaigner fashion berdarah Italia. Giannini membuat pembaharuan baru pada tas-tas wanita pada masa kepemimpinannya sebagai direktur kreatif.

Banyak prestasi yang dapat diraih perusahaan Gucci sejak kehadiran Giannini. Namun sayangnya, publik menilai Gucci terlalu cepat melengserkan Giannini di tahun 2014 bersamaan dengan hadirnya CEO baru bernama Marco Bizzarri. Meskipun begitu, karier Gucci hingga saat ini tetap stabil dan bahkan diperkirakan akan menggeser kepopuleran Louis Vuitton sebagai brand nomor 1 di dunia.

Sumber: luxsecondchance.com

Untuk mengenang Guccio Gucci dari sejak awal kesuksesan sampai sekarang,maka dibangunlah museum Gucci diatas lahan seluas 1.715 M di tanah kelahirannya Florence,Italia. Museum ini tepatnya terletak di dalam Palazzo Della Mercanzia yang menghadap ke Pizza della Signoria. 

Hingga saat ini Gucci masih menempati jajaran teratas brand incaran dunia yang mencapai keuntungan hingga US $ 9,45 miliar atau setara dengan Rp. 113,5 triliun.

^Ys-Ns^




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline