Lihat ke Halaman Asli

Perkiraan Penyebab Ambruknya Jembatan Mahakam II

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_153220" align="aligncenter" width="640" caption="Pasca runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara (Kukar)/Admin (Eko Purnomo)"][/caption] Sketsa Kompas Kamis 1 Desember 2011 hal 14 (Gambar 1) tentang jembatan Kutai Kartanegara, atau Jembatan Mahakam II, menunjukkan kabel utama mulur, pylon melengkung, blok jangkar geser. Jembatan ini dioperasikan selama kurang dari 10 tahun. Dari keterangan gambar diketahui, bagian tengah gelagar, artinya pada posisi tengah tengah jembatan, turun sebesar 75 cm atau 3/4 meter. Pylon (tiang utama) melengkung 15 cm dan blok jangkar bergeser 8 - 10 cm. Mengapa hal ini terjadi? Jembatan ini mulai dibangun th 1995 selesai 2001. Kontraktor utama pembangunan jembatan Mahakam II adalah Hutama karya. Ada dua subkontraktor pembuatan konstruksi bajanya, yaitu CHC di Cilegon yang membuat rangka baja di atas jalan dan Bukaka Teknik Utama yang membuat rangka baja jembatan gantung. Pembangunan jembatan melewati masa krisis moneter 1998 yg membuat harga bahan jembatan naik tinggi, dibangun saat 1 USD = 16.000 kemudian turun ke 1 USD 10.000, padahal dirancang dengan anggaran berdasarkan kurs 1 USD = Rp 2000. Walaupun, tentu ada penyesuaian harga agar kontraktor tidak merugi. Namun, sebagaimana kita ketahui bersama, baja untuk gelagar, kabel utama dan kabel vertikal dibeli dengan dollar, bukan rupiah sehingga penyesuaian harga tidak sebanding dengan kenaikan harga. Kabel utama dan kabel vertikal tidak bisa dibuat di Indonesia. Kabel ini menggunakan kawat khusus yg disebut kawat piano, dibuat dari baja karbon tinggi dengan unsur karbon 0,8%. Kekuatan tariknya sangat tinggi dan tidak gampang mulur. Lihat saja kawat pada piano. Kalau gampang mulur, seminggu sekali harus distem. Tiang pylon terdiri dari dua bagian, bagian bawah beton dan bagian atas baja. Klamp dibuat dari baja yang ditempa (forging) sehingga strukturnya menjadi lebih baik. Baut dibuat dari bahan kualitas khusus. Baik Klamp dan baut, kawat kabel ataupun baja gelagar dan pylon tentunya dibuat dengan benar. Yang kemungkinan tidak benar adalah spesifikasinya. Rasanya aneh, kabel piano wire mulur sebesar seperti itu, kecuali kalau spesifikasi berubah. Sebagai perbandingan, kabel piano wire pada jembatan Golden Gate, yang dibangun puluhan tahun lalu, tidak mengalami shagging seperti jembatan Mahakam II. Namun, ambruknya jembatan mahakam II tampaknya bukan karena jembatan mengalami shagging. Jembatan Mahakam II ambruk saat mengalami perbaikan untuk mengembalikan posisi gelagar ke kondisi semula. Artinya, ada pekerjaan mengangkat gelagar jembatan setinggi 75 cm sehingga posisi gelagar kembali ke saat jembatan diserah terimakan. Pelaksana perbaikan jembatan ini adalah Bukaka Teknik Utama yang sebelumnya membuat rangka baja pada bagian jembatan gantung. Belum diketahui rincian prosedur pengembalian posisi gelagar ke posisi awal saat serah terima. Dari pemberitaan, perbaikan belum dilakukan dan baru pada tahap survey saja. Namun Gambar 2 (ref 1) menunjukkan ada kegiatan perbaikan. Tulisan Indra Furwita (ref 3) mengatakan sudah ada pekerjaan perbaikan. Di mata awam seperti kita, perkiraan pengembalian gelagar ke posisi semula, dilakukan dengan cara baut kabel vertikal dikendorkan, kemudian posisi gelagar dinaikkan. Bisa juga, kabel dinaikkan dengan cara memutar baut pengatur panjang kabel vertikal. Bila satu kabel dinaikkan sendirian sementara kabel vertikal yang lain dibiarkan, maka, artinya kabel yg satu ini menerima berat seluruh jembatan. Sudah pasti kabel atau klamp atau baut akan putus duluan karena tidak mampu menerima beban yang amat besar. Cara ini jelas tidak mungkin dilakukan. Kemungkinan perbaikan yang paling wajar untuk menghilangkan shagging itu, seluruh kabel ditarik secara serempak dengan bantuan trecker, atau memutar baut pengatur panjang kabel vertikal, agar terdapat beban yang sama di setiap kabel vertikal. Kalau dilihat dari Gambar 1, besarnya shagging berbeda-beda di setiap titik. Oleh karena itu menaikkannya kembali perlu ketelitian tinggi untuk melakukan proses ini. Dari foto yang diperoleh dari ref 1 yang menyorot kondisi jembatan setelah ambruk, seperti terlihat pada Gambar 3, ditunjukkan kabel utama yang kelimis tidak ada kabel vertikal. Berarti kabel vertikal belum putus. Gambar 4 (ref 1) menunjukkan clamp dan gambar 5 (ref 1) juga menampilkan gambar satu klamp patah. Sedang gambar 6 (ref 1) menunjukkan baut yang patah. Dilihat dari bentuk patahan, tampaknya baik baut maupun clamp, patah karena tidak mampu menahan beban statik sangat besar sampai melewati kekuatan mulur (yield strength) bahkan sampai melewati kekuatan maksimum (ultimate tensile strength) dari baut atau klamp. Sekali lagi, gambar 2 menunjukkan pekerjaan perawatan. Apabila benar demikian, ada kemungkinan terjadi pengendoran baut berarti ada pengalihan beban ke sekelilingnya yang membuat beban naik di kabel vertikal lainnya yang berakibat kabel putus atau klamp atau baut patah. Setelah satu kabel putus (atau klamp dan baut patah), maka kabel lainnya pun putus (atau klamp dan baut patah) secara simultan dalam waktu yang amat singkat. Kesimpulan dari masalah Jembatan Mahakam II adalah:

  1. Terjadi mulur (shagging) yang luar biasa pada kabel utama dan kabel vertikal
  2. Jembatan ambruk saat perbaikan untuk mengembalikan posisi gelagar sejauh 75 cm agar kembali ke posisi semula.

Alangkah baiknya kalau ada yang meneliti dimensi dan memeriksa secara metalografi kawat kabel utama yang terbuat dari kawat piano. Dari sana kita bisa mendapat jawaban mengapa shagging. Karena, mulur atau shagginglah yang membuat ada usaha perbaikan yang berujung putusnya jembatan Mahakam II. Adakah unsur korupsi disana? Entahlah. Tapi yang jelas, pembangunan jembatan ini melewati masa reformasi 1998 yang membuat harga material amat sangat tinggi yang membebani pelaksana pembangunan jembatan ini. Referensi 1 : http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?p=86213178 Referensi 2. Kompas, 1 Desember 2011, hal 14 Referensi 3. http://regional.kompasiana.com/2011/11/26/foto-eksklusif-runtuhnya-jembatan-kukar/ [caption id="attachment_146071" align="alignleft" width="650" caption="Gambar 1. Sketsa Jembatan Mahakam II, Ref. Kompas"][/caption] [caption id="attachment_146074" align="alignleft" width="100" caption="Gambar 2. Pekerja sedang melakukan perawatan (ref 1)"][/caption] [caption id="attachment_146075" align="alignleft" width="352" caption="Gambar 3. Kabel utama (ref 1)"][/caption] [caption id="attachment_146076" align="alignleft" width="102" caption="Gambar 4. Struktur clamp hanger ( ref 1)"][/caption] [caption id="attachment_146077" align="alignleft" width="222" caption="Gambar 5. Clamp hanger patah (ref 1)"][/caption] [caption id="attachment_146078" align="alignleft" width="223" caption="Gambar 6. Baut clamp hanger yang patah. Antara posisi jam 12 - jam 3 terlihat warna gelap yang menunjukkan ada karat berarti baut sudah retak lama (ref 1)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline