Lihat ke Halaman Asli

Biarkan saja

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Biarkan akan terus kualunkan nada nada sumbang menyayat kalbu mengiringi setiap desah hela nafasku, kerana telah tiada lagi irama yang dapat aku mainkan untuk memujimu. Biarkan akan terus ku denyutkan darah bernanah dalam nadi nadi menyelaraskan setiap degup jantung karena telah tiada lagi yang bisa aku gerakkan untuk menyanjungmu. Disaat mata nanar terselubung amarah menggeliatkan symponi duka, membakar asa hancurkan rasa. Disaat seluruh urat tubuh menegang menahan gejolak angkara lara, memutus haluan jiwa buyarkan cinta. disaat tubuh mengalirkan keringat darah memendam dentuman derita yang terpendam dalam, berhambur semua cela menghempas serapah. Aku hanya ingin, aku hanya harap, aku hanya damba setitik kasih suci, tapi kenapa itu tak pernah terberi, tapi kenapa itu tak pernah tersaji, apa mungkin aku salah masuk dalam peradaban, apakah mungkin aku salah langkah dalam perjalanan, sehingga titian yang ku tapaki keras laksana cadas, tajam laksana pedang,curam berliku terjal tiada haluan. Kini ku tertunduk lesuh dalam keluh, kini ku terkulai layu dalam bisu, kini kuterbujur kaku dalam sendu, tiada denyut nafas kehidupan yang tersisa hanya resah. aku lelah, aku pasrah, aku kecewa dan aku biarkan gelombang hidup menghantam membelah. Biarkan akan aku usung keranda duka, biarkan akan aku pikul beban derita dan biarkan aku tenggelam dalam nestapa berlagam, Kerana Tanya sudah tak terjawab, kerana harap sudah tak terdapat, kerana salam sudah kian tenggelam…..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline