Lihat ke Halaman Asli

Depok Berubah, Masalah Baru Kota Depok?

Diperbarui: 3 November 2015   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Depok Perubahan: Akankah Dimas Babai Menjadi Sumber Masalah Baru Untuk Kota Depok?

Secara sederhana , sebuah kota akan menjadi bermasalah jika di pimpin oleh orang yang tidak tepat. Depok adalah kota besar penyangga ibukota yang butuh seorang pemimpin yang berwawasan luas baik dari segi penguasaan wilayah , pemetaan masalah , pengenalan kultur , komunikasi jaringan birokrasi politik serta kedekatan sosial kultural dengan seluruh komponen yang ada di kota depok.

Untuk menguasai kondisi tersebut , seseorang butuh waktu lama berinteraksi , berkegiatan dan menggeluti seluruh sisi sisi kota depok dan komponennya. Dan hal ini yang tidak bisa dicapai oleh seorang dimas yang notabene adalah seorang duta partai yang diutus ke depok setelah gagal pencalonan di surabaya. Saya mencoba merunutkan 10 alasan kenapa dimas tidak cocok untuk kota depok meski dibantu oleh babai.

Pertama , dimas tidak memiliki pengalaman apapun dalam hal pemerintahan terlebih seorang dimas yang hanya petugas partai dan menclok di Kota Depok karena gagal mencalonkan disurabaya. Bahkan dimas menyatakan di akun pribadi facebooknya bahwa dia baru akan memulai untuk mapping permasalahan depok untuk membuat matrix. Hal ini menunjukkan ketidaksiapan dimas dan atau memang dimas "belum waktunya" untuk maju sebagai calon walikota. Apa jadinya sebuah kota diserahkan kepemimpinannya dengan orang yang tidak paham wilayah yang dia pimpin?

Kedua , dimas tidak paham Kota Depok karena memang bukan orang asli depok dan bahkan bisa jadi juga tidak memiliki hak pilih di pilkada Depok. Mungkin dia bisa belajar cepat tentang Kota Depok secara textual atau panduan yang diberikan oleh tim suksesnya tapi butuh waktu lama untuk memahami sensasi dan rahsa Kota Depok dengan menjadi orang Depok. Kota Depok butuh seorang pemimpin yang benar-benar paham seluk beluk kota depok.

Ingat didalam Kota Depok ada 2 juta kepala manusia yang butuh dipimpin dengan baik oleh orang-orang yang benar-benar paham seluk beluk permasalahan serta penguasaan wilayah untuk mengambil tindakan secara cepat dan tepat terhadap permasalahan yang ada secara mandiri. Kalau mengandalkan tim , semua orang juga bisa pakai tim tapi yang dibutuhkan Kota Depok adalah seorang pemimpin yang mandiri , benar benar paham wilayah yang akan dipimpin , didukung oleh stakeholder kota , berpengalaman dan masih banyak lagi komponen yang perlu dipenuhi namun hampir sebagian besar tidak ada di dimas.

Dan ini masalah kapabilitas bukan janji janji karena jika janji semua bisa saja berjanji tapi kapabiltas itu berkaitan dengan track record dan pengalaman berkaitan dengan apa yang akan dikelolanya.

Ketiga , dimas hadir dengan cara menyakiti para perintis dan kader-kader PDIP yang sudah bersusah payah memenangkan suara legislatif dan suara untuk jokowi. Bahkan salah seorang kader senior pdip menyatakan "potong kuping saya jika dimas menang" karena dimas masuk ke depok melalui pdip tanpa pernah ikut penjaringan di PDI P Kota Depok dan bukan orang Depok. Kasak kusuk dikalangan akar rumput PDIP yang serempak abstain sebagai bentuk protes mereka ke pusat. Bahkan secara terang-terangan rudi samin menyatakan dukungan ke idris pradi.

keempat , dimas adalah sosok lemah dalam hal penguasaan politik lapangan. Pengalaman seorang pemain tidak pernah dibohongi , beberapa kali raut muka dimas terlihat canggung , bingung dan ragu-ragu ketika tampil di depan publik. Dimas akan menjadi santapan lezat para politikus penyokongnya dan kabarnya saat inipun sudah terjadi. Santer kabar terdengar burung bahwa dimas seperti wayang diombang ambing sana sini mengikuti keinginan para politikus partai lain.

kelima , pola politik kampanye hitam yang dijalan relawan dimas adalah preseden buruk bagi perkembangan demokrasi di kota depok. Baru kampanye saja sudah gahar tuding sana sini , bagaimana kalau sudah jadi? Maen gebuk dia!

keenam , dimas belum banyak pengalaman di birokrasi dan masalah anggaran daerah sehingga berpotensi mudah disetir untuk menghambur-hamburkan uang kas daerah ke program-program yang jauh dari janjinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline