Agustus adalah bulan yang khusus buat bangsa Indonesia karena di bulan ini kita memproklamirkan kemerdekaan dari penjajah Belanda. Semangat perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan ini menjadi spirit untuk selalu lebih maju dan lebih baik dari bangsa lain. Bukan bangsa yang cengeng dan menjadi bangsa yang lemah . Spirit yang setiap agustus itu diperingati untuk mengenang para pejuang dan memupuk rasa cinta Tanah Air dan kebanggaan menjadi bangsa merdeka dan mandiri.
Di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke 66 ini mari kita lihat apa yang sedang terjadi dengan kita. Ada pertanyaan kepada kita "Apa kita masih ingat dengan Hari Kemerdekaan ini". Karena sampai saat ini di mana2 juga belum ada tanda tanda perayaan dan persiapan untuk membuat suatu acara memperingati kemerdekaan ini,bahkan di mass media ,koran,radio,Tv , semua tidak ada acara untuk ini dan mungkin karena mereka para pemirsa,pendengar mereka sudah tidak ada kepedulian dengan ini.
Geliat perayaan Kemerdekaan ini masih ada di Tanah Karo. Saat ini persiapan untuk perayaan ini sudah di persiapkan. Perayaaan akan di mulai di malam hari dengan pawai obor mengelilingi Kota Kabanjahe yang diikuti semua siswa sekolah di Kabanjahe dan besoknya setelah upacara ada parade yang dari Sekolah sekolah di Kabanjahe dan sekitarnya yang melibatkan hampir semua siswa sekolah.
Pada perayaan tersebut ribuan masyarakat di sekitar Kabanjahe akan ikut mengikuti acara tersebut dan tumpah ruah di Kota Kabanjahe. Kemeriahan tujuh belasan mengundang animo dan antusiasme dari rakyat dari desa desa di tanah karo untuk ikut dalam perayaan ini walaupun hanya sebagai penonton dan suporter dari masing masing sekolah yang unjuk kebolehan dalam pawai dan parade tujuh belasan ini.Kemeriahan ini mungkin sudah langka di daerah lain.
Jaga Depari seorang seniman karo banyak menciptakan lagu lagu perjuangan yang begitu menyentuh. Lagu seperti PERKANTONG SAMPING yang menceritakan kegalauan pejuang yang susah merayu gadis impian nya selama revolusi kemerdekaan,juga PADANG SAMBO yang menceritakan seorang ibu yang menendangkan lagu pilu menunggu kedatangan suami dari Medan Pertempuran , lagu ERKATA BEDIL yang menceritakan penggilan ke medan juang seghingga harus berpisah dengan kekasihnya dan banyak lagu lain yang berisi kesedihan,pengorbanan ,perpisahan dalam perjuangan Kemerdekaan.
Tahun tahun yang sulit di Tanah Karo yang mana bencana Gunung Sinabung belum selesai, Tanaman Jeruk yang dulu primadona dah hampir musnah, harga sayur dan buah yang tidak stabil, kemerosotan moral akibat kterpurukan ekonomi saat ini ,gebyar agustusan tetap bergema dan rakyat Karo tetap semangat menunggu janji relokasi pengungsi Sinabung yang sampai saat ini belum jelas. Walaupun merasa dianak tirikan karena berbulan2 bencana sinabung baru Bapak Presiden datang sangat beda dengan bencana Gunung Kelud masyarakat karo tetap percaya kepada Pemerintah yang akan memberikan yang terbaik .
Peringatan perayaan ini akan tetap terus dilaksanakan untuk mendidik generasi ini untuk tetap cinta akan negara ini dan tetap berjuang untuk NKRI ini. Semangat Nasionalisme yang mulai luntur semoga dapat dibangkitkan lagi dan Bangsa ini tetap bersatu dan semakin kuat dan jaya ,,,,,semogaaaaaaaaa
Kabanjahe layak menjadi kota Pahlawan karena dari sekian banyak kota Kabupaten mungkin sedikit seperti Kabanjahe yang mempunyai Taman Makam Pahlawan. Inilah bukti bahwa rakyat Karo dalam merebut kemerdekaan penuh dengan darah dan air mata . Perjuangan ini harus diketahui generasi berikutnya sebagai motivasi untuk terus berjuang dan mencintai Tanah Air Indonesia ini.
Para pejuang dari Tanah Karo seperti Selamat Ginting,Jamin Ginting,Pala Bangun dll sudah membuktikan perjuangan mereka di Medan Pertempuran . Sektor tiga begitu populer karena itu daerah pertempuran dan juga wilayah yang menjadi tujuan ribuan pengungsi pada saat perang kemerdekaan . Para pengungsi dari Kabanjahe dan Berastagi saat itu meninggalkan rumah dan kampung mereka untuk bergerak ke sektor tiga yang meliputi sekitar tigalingga Dairi.Politik Bumi Hangus saat itu dilaksanakan para gerilya untuk menghambat gerak maju Belanda dan sekutunya. Pengorbanan yang begitu besar sehingga banyak asset kebudayaan karo juga habis . Sebagian masih ada di kampung penulis Desa Juhar yang rumah adat masih ada yang sisa karena saat itu para gerilya tidak membumi hanguskan kampung Juhar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H