Lihat ke Halaman Asli

Liusss

Freelancer

Bengkulu Darurat Perubahan Iklim Karena Sampah: Pirolisis Sampah Pelastik di Pantai Bengkulu Jadi Titik Terangnnya

Diperbarui: 20 Juni 2021   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan salah satu negara yang darurat akan peningkatan jumlah sampah yang didominasi oleh jenis plastik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan jumlah rata-rata produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun. Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan, sehingga diperlukan tindakan pengolahan dan pencegahan.

Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia dengan Ibukota provinsi yang berada di daerah pesisir. Lokasi tersebut berdampak akan kurang terkendalinya penyebaran sampah plastik dan masih jarangnya masyarakat yang sadar akan bahaya sampah tersebut. Tidak jarang ditemui di sepanjang pesisir pantai Bengkulu terdapat tumpukan sampah yang dibuang sembarangan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, banyak juga saluran pembuangan masyarakat yang mengarah ke pantai dengan membawa sampah rumah tangga yang sangat banyak. Belum lagi dengan para pedagang pesisir pantai yang kurang mengelola sampah dagangan mereka, sehingga sampah tersebut akan diangkut oleh ombak pasang. Pencemaran pesisir pantai Bengkulu yang didominasi oleh sampah plastik dengan masalah utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya sampah terhadap bumi dan isinya.

Hal ini dapat mulai diminimalisir dengan menerapkan kebijakan "Target Sampah Interaktif". Kebijakan ini merupakan resolusi untuk ikut berpartisipasi dalam mengurangi populasi sampah sebagai pendukung utama terjadinya pemanasan global. Penyumbang utama sampah ialah rumah tangga, maka perlu dilakukan pemberdayaan dan aktivitas peminimalisiran populasi sampah tersebut dengan menyongsong dan mendukung kegiatan Bank sampah di Kota Bengkulu. Masih minimnya kesadaran dan memperhitungkan keuntungan finansial membuat sebagian masyarakat enggan dan tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan positif tersebut. Hal ini diketahui setelah mencoba memberlakukannya saat masa pengabdian kampus di Kampung Nelayan Bengkulu.

Oleh karena itu dengan membuat kegiatan ''Target Sampah Interaktif'' yang akan memberikan wadah bagi masyarakat dalam menghitung jumlah sampah yang sudah mereka punya dengan jumlah rata-rata sampah yang harus mereka kumpulkan yang disajikan dalam bentuk grafik melalui online dan media sosial. Mereka akan mendapatkan reward jika berhasil memenuhi rata rata dan meminumkan pembuangan sampah tanpa pengolahan. Hadiah tersebut berupa sedotan non plastik, Tumbler, sapu tangan, dan lain-lain. Kegiatan tersebut diharapkan menjadikan masyarakat lebih sadar akan populasi sampah dengan ikut menyelamatkan bumi serta ancaman Pemanasan Global.

Selain edukasi, tindakan pengolahan sampah yang berada di pesisir pantai Bengkulu juga harus dilakukan. Saat ini sudah banyak cara yang dilakukan oleh komunitas atau pun pemerintah dalam menyuarakan bahaya penggunaan plastik sekali pakai terhadap bumibeserta isinya, namun pesan tersebut kadang tidak diperhatikan. Hal ini berdampak terhadap pengetahuan akan ancaman sampah tersebut masuk dalam kategori minim, sehingga stigma akan penggunaan sampah terus berkembang bahkan turun-temurun. Padahal, bahaya ancaman perubahan iklim oleh sampah hingga pencemaran ke seluruh elemen alam sudah sangat jelas kita lihat dan rasakan. Umur dari sampah plastik juga berbeda-beda, tergantung dari jenis dan bahan plastiknya. Namun umur yang paling singkat berada pada pada 5 tahun dan ada juga jenis plastik yang tidak bakal hancur selamanya. Oleh karena itu, menyuarakan darurat penggunaan sampah dengan metode tatap muka langsung secara rutin sebaiknya dilakukan. Koordinasi dan kolaborasi antara kegiatan sosial dengan ilmiah juga tidak kalah penting untuk diterapkan, seperti melakukan proses pirolisis misalnya.

Pirolisis adalah proses pembakaran dengan tekanan sehingga menghasilkan uap dalam wujud minyak. Proses pirolisis pada sampah plastik bertujuan untuk mendapatkan minyak dari hasil uap dengan proses pembakaran yang dilakukan. Tahapan pertama dari proses ini adalah membuat alat pirolisis dengan alat-alat yang sederhana seperti tong besi, pipa besi, dan selang yang tahan panas. Bahan utama untuk alat pirolisis tersebut akan disatukan menjadi suatu bagian. Plastik yang paling bagus menghasilkan minyak adalah plastik jenis PP atau semua plastik yang berwarna putih dan bening. Perlakukan plastik sebelum dimasukkan ke alat pirolisis adalah pengecilan ukuran yang seragam dengan kondisi plastik yang bersih. Sampah plastik yang menjadi bahan baku kami adalah sampah plastik yang ada di pantai dengan perlakukan pembersihan dan pengeringan terlebih dahulu. Adapun minyak yang dihasilkan nantinya akan kami uji untuk mesin diesel sehingga dapat digunakan oleh Nelayan di Bengkulu untuk menggerakkan mesin perahu untuk menangkap ikan.

Edukasi, sosialisasi, dan tindakan pengolahan sampah plastik pantai Bengkulu dapat dilakukan dengan kolaborasi antar pemerintah, akademisi, orang muda, dan masyarakat luas. Melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi titik terang akan banyaknya sampah plastik di Bengkulu, sehingga alam dan budaya dapat berperan aktif dalam memajukan wilayah dengan mensejahterakan masyarakat sekitar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline