Adof Hitler pernah berujar, " Orang yang tidak memiliki rasa sejarah adalah seperti orang yang tidak memiliki telinga atau mata." Bahkan Founding Father kita Juga mengatakan "jangan sekali-kali melupakan sejara (Jas Merah)." Jika Sejarah menjadi guru kebijaksanaan, tokoh sejarahlah yang mengkongkritkan keadaan, Najwa Shihab.
Demikian ungkapan-ungkapan mengenai sejarah. Namun bagaimana cara kita untuk tidak melupakan sejarah adalah sebuah tantangan lainnya. Sebut beberapa, mulai dari membaca buku sejarah, mendengarkan kisah perjuangan hingga menikmati film-film tentang perlawanan dan perjuangan melawan penjajahan itu sendiri.
Sama seperti hari ini, terlintas di postingan media sosial, Komunitas KOMIK (Kompasianers Only Movie Enthus(i)ast Klub) komunitas pecinta film-nya kompasiana memberikan tantangan untuk menyemarakkan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 76 tahun. Sederhana saja, dengan bercerita / mengulas film-film yang berkaitan dengan sejarah perjuangan atau sejarah kepahlawanan.
Ini pula yang pada akhirnya memaksa untuk berusaha mencari tahu apa saja film perjuangan yang menarik untuk dinikmati sembari ikut menerima dan meramaikan tantangan dari KOMIK, #HUTKOMiK.
Beda Pilihan Namun Tetap Dalam Perjuangan Yang Sama, Yaitu Kemerdekaan Bangsa.
Pilihan jatuh kepada film Jendral Soedirman, saya sendiri lupa-lupa ingat kisah beliau, hanya kebesaran namanya yang terkenang hingga sekarang. Cerita diawali konflik pemilihan Soedirman yang rupanya mantan Tentara PETA untuk diangkat menjadi Panglima Besar, diawal-awal pengangkatan Soedirman sebagai Jenderal Besar meskipun terpilih secara aklamasi, namun masih ada saja pihak yang meragukan loyalitas dan kepemimpinan beliau, tidak dapat dipungkiri salah satunya karena ia adalah bentukan tentara PETA (Pembela Tanah Air) Jepang.
Merdeka 100 persen tapi tidak berada bersebrangan dengan pemerintah, ini adalah pemikiran Soedirman muda. Pemikiran ini pula yang membedakan Jenderal Soedirman dengan Tan Malaka. Tentara Nasional Indonesia dan seluruh pasukannya berada di belakang pemerintahan yang sah, tidak dapat ditawar lagi, titik.
Sementara pemikiran Tan Malaka terlalu radikal menurut Soedirman. Sebagai seorang jenderal ia memutuskan untuk tetap berjuang sebagai tentara sejati, tidak mau untuk terlibat dan menjadi alat propaganda politik.
Kesetiaan sebagai panglima besar dan seluruh pasukannya adalah mutlak bagi pemerintahan yang sah dibawah Presiden Soekarno-Hata.
Jenderal Besar Soedirman yang diperankan secara baik oleh aktor Adipati Dolken, mampu menghidupkan kesan gagah dan sosok yang berpendirian teguh dari Soedirman itu sendiri.