Selamat pagi kawan, beberapa hal besar terjadi kemarin, seperti sudah disetujuinya Calon Kapolri yang baru oleh Anggota DPR RI, berlanjut jatuhnya sebuah pesawat tempur hingga ada orang yang melakukan aksi bunuh diri dengan menabrakkan diri ke kereta yang lalu.
Tapi bukan itu yang akan kita bahas, terlalu berat untuk otak saya yang terbatas, lagi pula sudah banyak ahli yang membahas itu. Kita bahas yang ringan-ringan sajalah.
Office Boy atau yang biasa akrab ditelinga kita dengan akronim OB. Orang yang kesehariannya melakukan pekerjaan bersih-bersih dilingkungan kerja. Tidak hanya bersih-bersih saja, hampir semua kerjaan remeh-temeh yang tidak memerlukan nalar yang rumit, pastilah dapat dikerjakan OB. Sebut saja beli sarapan pagi, makan siang bahkan hingga dimintakan tolong antri bayar Tagihan PLN dan PAM loh. Biasanya OB datang sebelum karyawan lain pada datang dan pulang setelah karyawan lainnya pulang. Meskipun terkesan sederhana pekerjaan OB, tetapi tetap saja dibutuhkan sebuah tanggung jawab yang besar. Jika terjadi sesuatu kehilangan dikantor pada saat jam kerja sudah pasti mereka dulu yang dicecar pertanyaan. Bukan itu saja, jika ada yang tertinggal di kantor serta merta biasanya kita telp balik kekantor dan meminta tolong agar barang ynag tertingggal tadi diamankan terlebih dahulu.
OB yang terkadang dipandang sebagai pekerjaan sebelah mata, bahkan oleh sebagian lagi hina. Setidaknya itu yang saya lihat. Beberapa waktu lalu ada karyawan kantor yang sepertinya marah dan keberatan atas ulah seorang OB. Alasannya sederhana sebuah plastik kotoran sisa makanan tadi siang yang ia letakkan dibawah mejanya tidak dibersihkan oleh OB. Ia sedikit kecewa dan mengatakan kejadian ini sudah sering terjadi, ia mengatakan OBnya tidak cekatan dan berjanji akan melaporkan langsung kepada atasannya.
Sementara dari sisi OB tadi alasan mengapa ia tidak membersihkan sisa plastik makanan tadi siang yang terletak di bawah kolong meja bukannya tanpa alasan. Ia ragu, jika ia buang begitu saja posisinya berada dibawah kolong meja, asumsinya jangan-jangan plastik hitam ini masih akan digunakan oleh yang punya. Mengingat pengalaman beberapa waktu lalu, ia pernah membuang plastik yang sama dan terletak dibawah kolong meja seseorang. Dan orang itu meradang, bahwa ada sesuatu yang penting didalam plastik itu.
Lain lagi cerita tentang makan siang, OB dimintakan tolong untuk membeli makan siang disalah satu rumah makan. Karena tidak hanya 1 pegawai saja yang memesan makan siang, pastilah sang OB membuat catatan kecil agar makan siang tadi sesuai dengan keinginan para pegawai. Dan lucunya terkadang pegawai-pegawai ini yang notabene sudah meminta tolong untuk dibelikan makan siang, masih juga memesan dengan detil-detil yang tidak penting dan tidak jelas. Seperti kuah sayur yang dimintakan sedikit hingga nasi yang tidak terlalu banyak. Dan memang sang OB sudah melakukan tepat seperti yang diminta pegawai tetapi sirumah makan melakukan hal yang berbeda dari yang pegawai mau. Sang pegawai pun mengeluhkan bahwa kuah sayurnya terlalu sedikitlah hingga nasi yang terlalu banyaklah.
Bahkan ada pegawai yang karena kecewanya terhadap sang OB, ia rela menghukum OB dengan memaksa sang OB untuk makan itu pesanan sang pegawai. Itulah sekilas gambaran OB yang ada ditengah kita.
Beberapa dari kita memang menghargai keberadaan OB dengan memberikan uang lebih, sisa atas pesanan kita, sebagian lagi yang terbantu dengan keberadaan OB tetapi tidak mengakuinya menghargai dengan mengutuki hasil kerja mereka.
Kesimpulannya....
Semua orang tidak bercita-cita menjadi OB, terkadang keadaan yang memaksa seseorang untuk menjadi OB. Sebagian lagi menggunakan OB untuk batu loncatan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi. Beberapa yang tidak beruntung tetap menjadi OB hingga usia lanjut.
Sadar tidak kita, kebutuhan OB sangan membantu kita untuk meringankan beberapa tugas-tugas kita. Dengan OB yang membelikan makan siang kita, waktu untuk membeli makan siang dapat kita gunakan untuk melakukan pekerjaan yang lain.