Kopi Tejo merupakan kopi khas dari Desa Gembuk, Kecamatan Kebongagung, Kabupaten Pacitan. Kopi tejo sendiri merupakan sumber daya alam asli masyarakat Desa Gembuk, namun pemanfaatan limbah dari kopi tejo sendiri masih belum dikelola dengan baik sehingga di sinilah peran dari mahasiswa MMD Universitas Brawijaya untuk mengelola limbah Kopi Tejo menjadi suatu pengembangan produk yang mempunyai nilai ekonomis.
Observasi dilakukan oleh beberapa anggota mahasiswa untuk mengetahui limbah kopi apa saja yang masih belum terkelola dengan baik. Diketahui bahwa kulit dari hasil produksi Kopi Tejo masih menjadi limbah yang sebatas dijadikan pakan ternak masyarakat dan belum mempunyai nilai jual. Melihat peluang tersebut mahasiswa MMD Universitas Brawijaya berinovasi untuk memanfaatkan limbah kulit kopi tersebut dijadikan sebagai teh, atau dikenal sebagai Teh Cascara.
Pada hari Kamis, 27 Juli 2023, Mahasiswa MMD UB Kelompok 417 melakukan "Sosialisasi Pengolahan Teh dari Limbah Kulit Kopi" sekaligus "Pelatihan Pengembangan Produk UMKM Kopi" dengan sasaran para petani kopi, pengelola UMKM kopi, dan masyarakat umum di Desa Gembuk.
Terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam pembuatan Teh Cascara, yaitu dimulai dengan penyortiran dan pencucian kopi. Dilanjutkan proses fermentasi pertama selama 7 hari dan penjemuran kembali selama 3 jam. Setelah itu, dilakukan fermentasi kedua selama 3 hari guna menurunkan kadar gula yang terdapat pada kulit kopi untuk dikonversikan menjadi asam organik sehingga kadar pH semakin rendah. Sama seperti langkah sebelumnya, proses terakhir adalah dilakukan penjemuran kulit kopi selama 8 jam, sehingga didapatkan sari dari Teh Cascara yang siap untuk disajikan.
Tentu dalam pemanfaatan limbah kulit kopi juga harus ada branding untuk memaksimalkan daya ekonomis guna bersaing dalam pasaran. Peran mahasiswa MMD Universitas Brawijaya selain melakukan pemanfaatan tetapi juga mengembangkan produk dari Teh Cascara ini untuk bisa bersaing dalam lingkup pasar yang lebih luas, dengan menggunakan konsep Minimum Viable Product (MVP). Konsep ini mengambil pada pendekatan dalam pengembangan produk yang berfokus pada menciptakan versi produk paling sederhana. Produk harus mampu menjalankan fungsi dasar yang dapat memenuhi kebutuhan utama para pengguna demi membangun kepercayaan dan loyalitas. Proses MVP ini memiliki ketergantugan pada umpan balik dari pengguna dengan cara mengumpulkan dan menganalisis masukan dari pengguna untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan kualitas produk. Dengan begitu, perusahaan dapat menciptakan produk yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan pasar tanpa membuang-bunag sumber daya yang berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H