Lihat ke Halaman Asli

Ketika Tidak Menjadi Apa-apa, Postpowersyndrome...

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bagaimana rasanya ketika tidak menjadi apa-apa lagi? Banyak yang putus asa dan mencoba lari dari kenyataan. Bagaimana jika si postpowersyndrome itu adalah anda?

Konon Postpowersyndrome kabarnya hanya terjadi di Indonesia. Dimana banyak mantan pejabat yang ketika berhenti dari tugasnya “bingung”. Sebab awalnya banyak anak buah, banyak uang, banyak pembantu. Saat ketika tidak ada kekuasaan, tidak ada jabatan, tidak memegang uang banyak seperti hidupnya hampa. Banyak mantan pejabat yang susah menerima bahwa dia tidak berkuasa lagi.

Akibatnya banyak yang tidak mau mundur ketika saatnya mundur. Sehingga banyak yang dipaksa mundur agar mundur. Walaupun sudah mundur, sudah lengser tetap merasa dirinya berkuasa. Dia mencoba dengan kukuatan yang ada untuk tetap memerintah.

Beruntung ada yang masih bisa bertahan. Namun ada yang tidak mempunyai apa-apa lagi. Akibat yang parah dia mencoba menerapkan main perintahnya di kantor, diterapkan dirumah. Hal ini kadang orang ini tidak sadar bahwa orang rumah resah. Namun ada juga orang rumah “mengkudeta”, jadi tidak mau lagi dipimpin orang tuanya yang sok menyuruh-nyuruh.

Orang yang postpowersyndrome ketika tidak dihiraukan bekas anak buahnya lagi, ketika tidak dihargai oleh anak dan keluarganya lagi, biasanya akan mudah sakit. Dan maaf, usianya tidak panjang. Sekali lagi, ternyata hal ini sering terjadi di Indonesia saja. Tidak diluar negeri.

Yang beruntung? Ternyata ialah yang tidak pernah memegang jabatan apa-apa. Dia tidak pernah mempunyai anak buah. Jadi tidak tahu apa artinya mempunyai kuasa.

Tapi jika anda sekarang adalah orang yang diceritakan di atas, mari kita berbagi cari mengatasinya.

---

Bagaimana rasanya post powersyndrome. Ijinkan saya share pengalaman saya. Maaf bukan pengalaman menjadi presiden ataupun pejabat. Justru saya membaca artikel ttg postpowersyndrome ini dari majalah remaja ketika saya akan mengakhiri masa jabatan saya sebagai ketua OSIS di sekolah SMA. Di artikel itu menjelaskan ada seorang presiden di luar negeri namanya Lech Walesa. Dia sebelumnya buruh galangan kapal. Namun yang luar biasa si presiden ini ketika lengser dari kursi kepresidenannya, tidak sampai satu minggu dia kembali bekerja ke tempatnya sebelumnya, yaitu menjadi buruh galangan kapal kembali.

Dia tidak kaku bekerja seperti dulunya dia bekerja. Malah rekan-rekan kerjanya yang awalnya agak segan, tapi ketika melihat semangat dan kesungguhannya bekerja. Akhirnya teman-temannya dapat menerima dia seperti rekan kerjanya dahulu. Kuncinya hanya satu. Dia tidak menganggap jabatan presidennya dahulu adalah suatu hal yang istimewa. Dia anggap itu jabatan sementara, jabatan sperti misalnya seperti dipinjam speeda motor untuk sementara. Ketika sepeda motornya diminta ya sudah.

Banyak orang Indonesia tidak sperti orang luar negeri ialah karena ketidak mengertian arti dari jabatan. Bahwa jabatan itu sementara. Jabatan itu tidak meningkatkan ego dan martabat seseorang. Jabatan itu sekali lagi adalah sementara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline