Lihat ke Halaman Asli

Negara Gila Bola - Pelajaran dari mimpi negara bola

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK


Negara Gila Bola. Bagaimana seandainya ada suatu negara yang gila bola, saking fanatisnya pada timnasnya negara ini setiap timnasnya tampil membuat libur nasional agar rakyatnya konsentrasi membela timnas mereka. Bagaimana jika ini benar terjadi?

Tentu ini hanya andai-andai saja. Sepertinya tidak mungkinlah terjadi di negara kita. Tapi baiklah tidak salah jika kita berandai tinggal di negara gila bola.

Negara ini di pimpin oleh mantan kapten pemain sepak bola tentunya. Mantan kapten ini dipuja oleh masyarakatnya. Pada Masa jayanya, sang mantan kapten ini membawa negaranya ke tingkat dunia. Tim sepak bola negara ini menjuarai kejuaraan sepak bola dunia. Dimana pada jaman dulu hal ini dianggap tidak mungkin.

Mantan kapten timnas dan kapten ini adalah pesepakbola sejati. Setelah pensiun dari timnas, dia diangkat menjadi pelatih timnas. Timnas yang dia latih menghasilkan timnas yang tertangguh di dunia. Bahkan negara lain, belajar dari akademi sepak bola yang dia rintis dan dirikan.

Hasil didikan akademi ini bahkan tidak membela di tanah air saja. Banyak klub dari luar negeri yang mengontrak dan antri untuk menggunakan tenaga jebolan akademi ini.

Pondasi timnas yang dia berikan menghasilkan timnas yang solid. Yang mapan dan menjadi contoh akademi panutan negara manapun mengikutinya.

--

Sejatinya olah raga dan politik janganlah digabung. Namun negara ini berhasil menunjukan bahwa olah raga dan politik tidaklah tabu bila dipadu. Justru sifat luhur yang ada di olah raga sepakbola dapat dibawa ke politik yaitu: sportifitas.

Demikianlah si mantan kapten yang kini menjadi presiden. Dia maju ke dunia politik justru awalnya tidak ada partai politik pendukungnya. Namun dengan gemilangnya prestasinya di masa lalu ada juga partai yang kecil yang mau mendukungnya.

Kalau pidato kampanye tokoh partai politik yang lain, isinya menjelekan lawan politiknya, justru berbeda dengan si mantan kapten. Dia justru berpidato menyanjung lawan politiknya.

Dia malah menghimbau lawan politiknya untuk membangun negara bersama. Justru karena kesantunan dan kepolosan si mantan kapten inilah yang menjadi daya tarik masyarakat padanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline