Sabtu sore, sekitar pukul 15.00 WIB, tepatnya tangggal 11 Mei 2024 menyimpan kenangan tersendiri bagi saya. Dalam konteks perguruan tinggi, itu kisah pertama yang saya pernah alami. Kisah ini terjadi di lokasi kampus STT Berea, Salatiga, samping rumah kediaman kami.
Bermula dari saya dengan keluarga duduk di samping rumah. Yang juga merupakan ada jalan akses masuk ke kampus. Sembari menikmati udara sore hari, saya mengupas satu pepaya yang saya telah petik beberapa jam sebelumnya.
Saya mengajak beberapa mahasiswa untuk makan pepaya. Ditemani sambal yang dibuat istri menambah keseruan kami sore itu. Kami sambil bercerita seputar tugas-tugas, pelayanan dan juga panggilan menjadi hamba Tuhan.
Tiba-tiba kedua mahasiswa masuk dengan berkendaraan motor bebek lewat di depan kami. Mereka adalah Firmana dan Ruth, Mahasiswa Skripsi di STT Berea. Mereka menyapa kami dengan hangat, "permisi, selamat sore pak," sembari senyum dan menyapa kedua anak kami juga, "adek ...." Lalu mereka parkirkan motor di samping Gedung asrama Putra.
Tujuan utama mereka adalah bertemu dengan Ibu Sinta, Puket II Keuangan. Ketika mereka parkir, kedua anak kami menyamparin mereka. Kemudian, mereka memberikan satu bungkus biskuit Roma Sari Gandum kepada Shema, putra kedua kami. Shema pun berespon, "kasi," dengan kosa kata yang masih terbatas dan polosnya Shema menjawab kepada mereka. Artinya, terima kasih!
Selesai bertemu dengan Ibu Sinta, saya mengajak mereka untuk makan pepaya. Awalnya mereka nolak, tetapi kemudian mencoba satu, satu dan satu lagi. Hingga parkirkan motor lagi di depan, kemudian duduk bersama menikmati pepaya dan sambalnya.
Cerita berlanjut ketika mereka hendak pulang. Ternyata motor bebek yang mereka pakai tadi adalah motor sewa. Mereka menyewa dalam sehari dengan harga Rp. 70.000,-. Karena mereka sewa satu hari, jadi mereka telah isi penuh BBM.
Awalnya ketika mereka pinjam, posisi tangki motor bisa dibilang kosong, atau sangat sedikit. Aturannya, ketika kembalikan harus dengan isi tangki seperti waktu mereka sewa. Jadi, sebelum mereka pulang, mereka periksa, ternyata posisi tangki BBM masih penuh.
Kemudian mereka menawarkan kepada beberapa mahasiswa, untuk memindahkan BBM itu, tapi tidak bisa. Akhirnya, mereka menawarkan kepada saya. Tanpa pikir lama, saya mengiyakan. Tadinya saya memang berencana untuk pergi ke POM Bensin untuk mengisi BBM, tetapi belum sempat. Benar kata orang, "Rezeki anak soleh itu tidak kemana-mana." Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi ini.
Salah satu mahasiswa STT Berea, bernama Richi Bunga kemudian mencari selang untuk memindahkan BBM yang ada di motor sewa itu. Sembari mencari selang, secara spontan Richi mengatakan dengan logat Timor, "berbagi deng tukang sewa motor, kenapa?" "Kalau katong bisa memberkati teman sendiri di sini, apalagi katong pung dosen, kenapa harus di luar." Sontak Firmana. "Betul, betul, betul ..." Demikianlan disambut oleh beberapa mahasiswa lain yang hadir saat itu.