Allah adalah Pencipta bagi manusia. Hal ini dibuktikan oleh Alkitab. "Berfirmanlah Allah, "Baiklah Kita menjadikan manusia, ..." Maka Allah menciptakan manusia itu ...." (Kejadian 1:26a, 27a). Selain manusia, Allah pun menciptakan yang lain. Hal ini disebutkan dalam Kejadian 1.
Hari pertama, Allah menciptakan terang (Kej. 1:3-5). Hari Kedua, Allah menciptakan cakrawala (Kej. 1:6-8). Hari ketiga, Allah menciptakan laut, udara dan darat (Kej. 1:9-130).
Hari keempat, ALlah menciptakan matahari, bulan dan bintang (Kej. 1:14-19). Hari kelima, Allah menciptakan ikan di laut dan burung di udara (Kej. 1:20-23). Hingga di hari keenam, Allah menciptakan segala ternak, binatang melata dan manusia (Kej. 1: 24-31).
Catatan dalam Kejadian 1 tentang penciptaan memberikan beberapa catatan penting. Pertama, Allah adalah Pencipta awal dari yang tidak ada menjadi ada, dan bukan manusia. Manusia perlu bersyukur akan hal ini.
Rasa syukur kita terlihat ketika kita menghargai apa yang kita kerjakan dan mengapresiasi karya orang lain.
Kedua, Manusia Adam adalah ciptaan Allah dari yang tidak ada menjadi ada. Adam bukan pencipta awal. Oleh karena itu, jika kita di posisi Adam, harus tahu diri. Tanpa Allah, kita tidak ada artinya apa-apanya.
Ketiga, Manusia ciptaan Allah dapat berkarya untuk menghasilkan sesuatu yang benar bagi kemuliaan Allah, Sang Pencipta. Namun, ketika manusia menghasilkan karya bukar berarti dia adalah Allah. Kita semua tahu ini bukan? Kenyataannya kita menyebut diri kita pencipta awal melalui kesombongan dan keangkuhan diri. Bahkan kita menganggap karya orang lain tidak bagus dan karya kita yang paling bagus.
Jadi, ketika kita merendahkan karya orang lain dan meninggikan karya kita sebenarnya kita sedang mendeklarasikan bahwa kita adalah Allah, pencipta awal.
Keempat, manusia ciptaan-Nya dapat memuliakan Sang Pencipta melalui apa yang manusia karyakan selama hidupnya. Bentuk sederhana kita memuliakan Allah adalah berkarya. Jangan minder, karena setiap kita diberikan kemampuan oleh Allah. Temukan kemampuan itu dan kembangkan.
Kenyataan bahwa manusia adalah ciptaan, membuat kita terus menerus TAHU DIRI agar tidak sombong. Melainkan terus menerus merendahkan diri di hadapan Allah, Sang Pencipta.
Merendahkan diri bukan berarti minder atau malu, tetapi semakin menyadari bahwa kita sebagai manusia ciptaan Allah sangat perlu bergantung kepada Allah, Sang Pencipta. Selain itu, merendahkan diri berarti kita mempunyai motivasi yang murni untuk berkarya bagi kemuliaan Allah, Sang Pencipta.