Sosok Syekh Siti Jenar senantiasa menarik dalam khazanah dan tradisi tasawuf di Jawa. Sebagian kalangan berpandangan bahwa Syekh Siti Jenar termasuk salah seorang dari sembilan orang wali (Walisongo) yang menyebarkan agama Islam di Jawa dan kemudian mengislamkannya, sementara sebagian lainnya menyatakan tidak.
Selain karena keberadaannya masih diselimuti misteri tebal dan tidak jelas ada-tidaknya dalam sejarah Jawa, Syekh Siti Jenar juga mengembangkan paham keagamaan yang asing dan tidak lazim bagi kebanyakan penganut agama Islam di Jawa. Inilah beberapa faktor yang menyebabkan kajian tentang sosok dan ajaran Syekh Siti Jenar selalu menarik.
Seperti Al-Hallaj, seorang sufi martir dalam tradisi mistisisme Islam yang terkenal dengan ucapannya, "Akulah Yang Maha Benar!" (Ana Al-Haqq) dan kemudian dieksekusi di tiang gantungan, Syekh Siti Jenar, sang sufi Jawa ini, juga mengalami nasib hampir serupa dan mengembangkan paham keagamaan yang menyatakan bahwa manusia harus menjalin hubungan yang sangat intens dengan Tuhan.
Hubungan seperti ini akan membuat manusia lebur dan menyatu dalam diri Tuhan (fana fi Allah). Dalam khazanah tasawuf di Jawa, ajaran ini dikenal dengan paham Manunggaling Kawula-Gusti. Ihwal seperti apa dan sejauh mana pengaruh tasawuf Al-Hallaj di dalam doktrin mistisisme Syekh Siti Jenar bisa Anda baca lebih jauh dalam buku ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H