Lihat ke Halaman Asli

Kopi santri

Berpeci pecinta kopi

Menulis Atas Nama Kemanusiaan

Diperbarui: 7 November 2023   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: pinters

Kebanyakan manusia tidak melibatkan diri dalam proses tawar-menawar hidayah secara pro-aktif. Umumnya mereka hanya dididik untuk hidup secara jasadiyah dan materialisme sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka sangat jarang merasakan atau menyadari ada dan hadirnya kemanusiaan, padahal sejatinya sebaik-baiknya seorang makhluk ialah menjadi manusia. Namun apalah daya, manusia yang terlahir sebagai makhluk yang komplit namun juga kompleks kerap kali membuat Tuhan tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan beragam fenomena dan peristiwa yang dilakukan oleh manusia. Salah satunya ialah perihal berita terseksi dari berbagai media pekan ini tentang konflik Palestina dengan Israel yang kerap kali membuat masyarakat sedih dan geram, pasalnya konflik kedua negara tersebut sudah berlangsung ratusan tahun lamanya dan sampai saat ini pun belum juga menemukan titik terang penyelesaiannya. Lebih lanjut, melansir informasi dari liputan6.com pada 6 November 2023 pukul 21.44 WIB bahwa korban peperangan dari pihak Palestina saat ini tengah mencapai jumlah 10.022 jiwa di mana 4.104 jiwa ialah anak-anak  sedangkan korban jiwa dari pihak Israel mencapai 1.430 jiwa, berawal dari peristiwa di ataslah penulis tergerak untuk menuangkan keresahan melalui tulisan ini dengan harapan dapat menemukan sedikit demi sedikit titik temu untuk menarik benang merah dari peristiwa tersebut.

Jika kita telisik dari awal mula terjadinya konflik tentu saja sudah bukan rahasia umum bagi khalayak orang, apablia membaca beberapa literatur baik di buku sejarah maupun media, awal mula terjadinya konflik Palestina dengan Israel ini terjadi di tahun 1917 ketika itu Mentri Luar Negeri Inggris yang bernama Arthur Balfour menulis surat yang ditujukan untuk Lionel Walter Rothschlid yang merupakan seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris di mana isi surat tersebut mengikat pemerintah Inggris untuk mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina dan memfasilitasi pencapaian dari tujuan ini dan surat tersebut dikenal dengan "Deklarasi Balfour" yang pada intinya dari deklarasi tersebut ialah kekuatan Eropa yang menjanjikan gerakan zionis (gerakan teroris nasionalis Yahudi internasional) sebuah negara di wilayah yang penduduk asli Arab Palestina. Lebih lanjut, mandat Inggris pun dibentuk pada tahun 1923 dan berlangsung hingga 1948. Pada masa itu Inggris memfasilitasi migrasi besar-besaran orang Yahudi sehingga menimbulkan gelombang besar-besaran pasca gerakan Nazi di Eropa tahun 1933 hingga 1945. Pada gelombang migrasi ini, mereka menemui perlawanan dari warga Palestina di mana warga Palestina khawatir terhadap perubahan demografi negara mereka dan penyitaan tanah mereka oleh Inggris untuk diserahkan kepada pemukim Yahudi. Hingga pada akhirnya terjadilah pemberontakan Arab yang berlangsung dari tahun 1936 hingga 1939 tepatnya pada April 1936, Komite Nasional Arab yang baru dibentuk meminta warga Palestina untuk melancarkan pemogokan umum, menahan pembayaran pajak dan memboikot produk-produk Yahudi untuk memprotes kolonialisme Inggris dan meningkatnya imigrasi Yahudi. Lebih lanjut, pemogokan yang terjadi selama enam bulan itu pun ditindas secara brutal oleh Inggris, yang kemudian Israel melancarkan kampanye penangkapan massal dan melakukan penghancuran rumah masyarakat Palestina dan hal tersebut menjadi sebuah praktik yang terus diterapkan Israel terhadap warga Palestina hingga saat ini. Selanjutnya menyusul pemberontakan lain yang dimulai pada akhir 1937 dipimpin oleh gerakan perlawanan petani Palestina yang menargetkan kekuatan Inggris dan kolonialisme. Kemudian, pada paruh kedua tahun 1939 Inggris mengerahkan 30.000 tentara di Palestina untuk membuat ketakutan dengan melakukan pemboman masal di desa-desa melalui udara yang diberlakukan padamalam hari, tidak berakhir di situ, penahanan administratif serta pembunuhan massal pun tersebar luas.

Peristiwa tersebut menyebabkan 5.000 warga Palestina terbunuh. Sebanyak 15.000 hingga 20.000 orang terluka dan 5.600 orang dipenjarakan. Selanjutnya,  pada tahun 1947 datanglah Perserikatan  Bangsa-Bangsa atau yang kerap dikenal PBB yang mengadopsi Resolusi 181 untuk menyelsaikan konflik dengan menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi akan tetapi seruan tersebut mendapat penolakan keras dari masyarakat Palestina hal ini dikarenakan rencana tersebut memberikan sekitar 56% wilayah Palestina kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur sedangkan pada saat masa itu warga Palestina memiliki 94% wilayah bersejarah dan populasinya yang mencakup 67%. Akan tetapi, selang satu tahun kemudian pembantaian besar-besar pun dilakukan dengan mengerahkan pasukan militer yang membunuh ratusan warga Palestina dan peristiwa tersebut dikenal sebagai "Peristiwa Nakba", kemudian muncul peristiwa lainnya setelah peristiwa Nakba hingga saat ini konflik tersebut belum juga usai.

Apabila kita telisik sekilas dari poin-poin yang penulis sampaikan di atas jelas konflik ini terjadi semata-mata bukan karena agama, melainkan kepentingan lain dari berbagai pihak yang memang menginginkan sesuatu yang amat besar. Apabila persoalan utamanya karena agama, sudah tentu sebagian besar agama atau semua agama melarang keras pembunuhan dan kerusakan termasuk agama Yahudi dan Islam. Barangkali beragam kepentingan inilah yang membuat salah satu organisasi Dunia PBB yang memiliki power kuat belum atau bahkan tidak mampu mengatasi konflik tersebut yang sudah berlangsung ratusan tahun. Jika sudah demikian, lantas atas dasar apalagi dan ingin berapa banyak jiwa lagi yang dihilangkan? ribuan jasad tak bernyawa bertebaran di mana-mana seakan setiap nyawa yang dihilangkan dengan mudah dihidupkan dan dikembalikan seperti sedia kala, jikalau bukan karena kemanusiaan konflik ini dihentikan lantas karena siapa lagi? Sedangkan Iblis di balik bayang-bayang yang tengah mengadakan sidang kabinet pun tertawa terpingkal-pingkal sambil meneguk secawan wine menyaksikan manusia saling membinasakan satu sama lain.

            Waallahu'alam bishoab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline