Oleh: Pejalan Sunyi
Menjadi seorang pahlawan bukanlah hal yang mudah, semua orang mengetahui hal itu. Tapi, hanya sedikit yang mengerti tentang pahlawan tanpa tanda jasa. Kebanyakan orang hanya mengenal entah itu melalui surat kabar, televisi, radio atau media informasi yang dikemas atas dasar kepentingan kelompok pribadi.
Pahlawan yang menjadi pahlawan justru dibungkam dan termarginalkan lantaran tidak memperbuat sesuatu. Padahal, mereka yang tidak memperbuat sesuatu bukan berarti tidak menginginkan kebaikan dirasakan oleh sekitarnya.
Seandainya dahulu Tuhan menciptakan tidak hanya satu manusia lelaki pertama, melainkan dua. Misalnya, Adam dan Adem tidak menutup kemungkinan Adem menjadi pahlawan pertama dalam sejarah kemanusiaan dikarenakan ia tidak memakan buah khuldi. Adam yang dengan karakter dan sifatnya sendiri yang gemar dengan penemuan baru dan aktif, sedangkan Adem dengan karakternya yang tenang dan tak mau ikut campur dengan urusan di luar dirinya.
Pada saat Adam tergoda dan mencuri buah tersebut, di bawah pohon besar dengan sungai surga yang mengalir di sampingnya, di sana terdapat Adem yang sedang tertidur pulas. Bagi Adem, tidur sudah cukup baginya untuk menjadi seorang pahlawan, yang diperkenankan oleh Tuhan untuk tinggal di surga, sementara Adam yang memakan buah larangan tercampakkan di Bumi yang sunyi.
Pada saat itu, seandainya kita diberi kesempatan untuk memilih hendak menjadi anak keturunan siapa, tentu saja beramai-ramai mendaftarkan diri menjadi keturunan Adem.
Daripada harus berjuang mati-matian dan bersusah payah serta nelongso di Bumi sebagai jenis makhluk yang gemar bermusuhan, menipu dan menumpahkan darah, lebih baik tertidur pulas di surga dan tidak ikut campur dengan urusan di luar dirinya. Ketika bangun dari tidur, tinggal terjun ke sungai, atau sekedar mengisi kekosongan dengan bermain dadu atau gaple.
Namun, inilah kenyataannya. Lagi-lagi kita kembali tersadar pada kehendak Tuhan yang Kuasa. Kita hanyalah lakon yang perjalanankan Tuhan Pemillik Semesta. Terkadang, sejarah manusia tiba pada suatu kondisi dimana minimal perbuatan baik bukan hanya tak dijadikan ajang perlombaan tetapi juga diremehkan dan diejek. Orang yang berjuang keras berbuat baik akan disebut, "Sok Pahlawan!".
Ketika udara terkontaminasi oleh virus cukup membahayakan dimana seseorang yang menghirupnya akan merasakan kedunguan berkelanjutan dan membuat kabur pandangan, dan jika ada segelintir orang yang mempunyai resistensi tinggi terhadap kerusakan atmosfer kedunguan dan pandangannya masih jelas, maka mereka justru dituduh dungu.
Saat itu pula, pandangan tentang pahlawan menjadi kabur. Nilai yang tak menentu, kualifikasi yang bisa digeser-geser atau dibolak-balikkan. Keburukan berpakaian kebaikan, kejahatan berpakaian kemuliaan, sedangkan kebaikan dan kemuliaan sendiri tak sempat mengurus wajahnya.
Maling ialah orang yang paling lantang dan yang paling seru berteriak "Maling!", pencuri berdasi yang paling gencarnya memperingatkan masyarakat tentang bahaya korupsi, para ahli Hukum adalah yang paling awal memberikan edukasi bebas melanggarnya, lembaga yang tak berbudaya adalah yang mengelola kebudayaan, lembaga yang tak bersosial adalah yang mengelola sosial.