Kematian aktor dan komedian terkemuka, Robin Williams, beberapa waktu silam bukan hanya mengguncang dunia, tapi juga pencinta film di seluruh dunia. Sosok yang terlihat begitu gembira, sangat menghibur, ternyata diam-diam menyimpan banyak masalah dan kesedihan. Robin Williams mati dengan cara mengenaskan, menggantung dirinya dengan seutas tali pinggang di rumahnya sendiri. Dan ini ternyata bukan usaha bunuh dirinya yang pertama… Kematian yang disebabkan oleh bunuh diri memang bukan pertama kali terjadi di kalangan seniman, tapi sudah sering terjadi. Berikut adalah beberapa pelukis kelas dunia yang meninggal akibat bunuh diri.
Vincent van Gogh
Makam Vincent Van Gogh (sumber: wikimedia.org) Kematian Vincent van Gogh sampai hari masih dibicarakan orang. Konon kabarnya, Van Gogh mati dengan cara menembakkan peluru ke dadanya sendiri. Penulis buku biografi Van Gogh, Steven Naifeh dan Gregory White Smith menyangkalinya dengan mengatakan bahwa Van Gogh ditembak oleh seorang anak laki-laki, tapi seorang kurator di Van Gogh Museum belum berani mendukung pernyataan tersebut. Theo, saudara laki-laki Van Gogh juga mengatakan bahwa Van Gogh memang ingin mati, karena dirinya merasa kesedihannya nggak akan berakhir. “La tristesse durera toujours,” kata Van Gogh.
Salah satu karya Vincent Van Gogh (sumber: vangoghgallery.com)
John William Godward
Eighty and Eighteen karya John William Godward (sumber: wikimedia.org) Godward adalah seorang pelukis asal Inggris yang berasal dari akhir era Pre-Raphaelite/Neo-Classicist, dan dia mengidolakan Picasso. Pada tahun 1912, Godward pindah ke Italia bersama salah satu model lukisannya dan keluarganya serta merta memutuskan hubungan keluarga dengannya. Pada tahun 1919, Godward kembali ke Inggris dan tiga tahun kemudian dirinya bunuh diri di usia 61 tahun dengan meninggalkan pesan di secarik kertas yang mengatakan alasannya bunuh diri: karena dunia nggak cukup luas baginya.
Nicolas de Staël
Nicolas de Staël (sumber: yvongenealogie.fr) Meskipun berkebangsaan Perancis, tapi Nicolas sebenarnya berasal dari Rusia. Dia adalah seorang pelukis, seniman kolase, dan seniman tekstil. Sebagian besar karya-karyanya sebagai pelukis menggambarkan pemandangan berbentuk abstrak. Pada tahun 1953, Nicolas mengalami depresi yang sangat berat, sehingga dirinya mengisolasi diri di selatan Perancis (Antibes). Dua tahun kemudian, Nicolas lompat dari studionya di lantai 11 karena merasa kecewa dengan sebuah rapat yang mengkritik karyanya habis-habisan. Saat itu usianya baru 41 tahun.
Salah satu karya Nicolas de Staël (sumber: miandn.com)
Leno Prestini
Salah satu karya Leno Prestini (sumber: blogspot.com) Dirinya dikenal sebagai orang yang selalu terlihat bahagia, meskipun nyentrik. Lukisannya saat ini tersebar di banyak museum sepanjang Pacific Northwest, termasuk di Keller Heritage Center Museum and Park di Washington. Prestini bukan hanya seorang pelukis, tapi juga pematung, dan dirinya juga mendesain peralatan selam. Selain itu, dirinya adalah orang yang sangat suka membantu, dan pernah membantu polisi setempat untuk menemukan mayay di sebuah danau. Sama seperti Robin Williams yang terlihat ceria, Prestini juga ternyata mati karena bunuh diri. Dirinya menembakkan peluru ke kepalanya, dan meninggal di usia 53 tahun. Bukan hanya para seniman laki-laki, tapi perempuan yang konon lebih kuat menanggung penderitaan hidup juga ada yang melakukan bunuh diri.
Jeanne Hébuterne
Jeanne Héburtene (sumber: modernartconsulting.ru) Jeanne adalah seorang pelukis asal Perancis, juga istri sah dari Amedeo Modigliani, seorang pelukis dan pematung asal Italia yang berbasis di Perancis. Dirinya mati bunuh diri sehari setelah sang suami meninggal di tahun 1920, dengan cara melompat dari jendela apartemennya yang terletak di lantai 5. Saat itu Jeanne sedang mengandung anak keduanya, dan putri sulungnya kemudian diadopsi oleh saudara perempuan ayahnya di Italia.
Anita Rée
Anita Rée (sumber: wikimedia.org) Pelukis berkebangsaan Jerman dan berdarah Yahudi ini bukan mati di tangan Nazi secara langsung, tapi mati di tangannya sendiri karena tidak kuat menerima hinaan dari banyak kelompok dan juga pelecehan yang dialaminya dari tentara antisemit. Padahal pelukis potret ini dibaptis dan dibesarkan secara Lutheran. Ternyata, ketenaran dan mahakarya yang diperoleh para maestro selama hidup belum tentu membuat mereka dapat mengakhiri perjalanannya dengan indah. Hargai masa hidupmu ya! “Today, I realized the people that smile and laugh the most are the ones who are suffering the most. Because laughter isn’t only the best medicine, it’s also the best disguise. I should know, of all people.” – Unknown
Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- Mengintip Buku Sketsa Para Seniman Besar
- Seniman-Seniman Besar nan Nyentrik
- 8 Perempuan Di Balik Para Seniman Legendaris
- Berkunjung ke Studio Para Seniman Ternama
- Otak Abu-abu Para Seniman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H