Lihat ke Halaman Asli

Persahabatan di Sebuah Kedai Kopi

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

persahabatan-di-coffee-shop

Ini adalah sebuah kisah nyata yang manis yang ditulis sendiri oleh seorang penderita, Michael Hedrick. Hedrick adalah seorang penderita schizophrenia, dan yang seperti kita tahu, gangguan kejiwaan memang mempersulit pengidapnya menjalin pertemanan, apalagi persahabatan. Begitu pun yang dialami oleh Hedrick. Nggak mudah baginya untuk memercayai orang lain, karena ketika ada yang ingin berteman dengannya, dia berpikir mereka hanya ingin menertawakannya. Hedrick sudah menjadi penderita schizophrenia selama 9 tahun, dan saat ini dirinya hampir sembuh. Michael Hedrick bukanlah teman yang buruk. Dia mempunyai ratusan “teman” di Facebook, namun di kehidupan nyata dia hampir nggak punya teman sama sekali. Untuk menjalin pertemanan, dibutuhkan orang yang dapat menerimanya apa adanya. Dan dalam usahanya untuk mendapatkan teman-teman baru, dirinya banyak dibantu oleh…coffee shop. Setiap hari, Hedrick mengunjungi coffee shop dan rutinitas itu pada akhirnya bagi sebagian orang membentuk semacam komunitas. Mereka bertemu setiap hari, suka atau tidak suka, dan dari situlah pertemanan dan persahabatan mereka terjalin. Hedrick dulunya tinggal di sebuah kota kecil yang bernama Niwot – lima mil dari Boulder, kota yang menjadi tempat tinggalnya sekarang. Setiap sekitar pukul 6 pagi, dirinya pergi ke sebuah coffee shop kecil yang bernama Winot Coffee. Di sana ada seorang laki-laki yang usianya sebaya dengan dirinya duduk di luar dengan laptop-nya dan menghisap rokok kretek. Karena mereka bertemu setiap hari, percakapan pun terjalin – lalu akhirnya mereka berteman baik. Hedrick menceritakan tentang pergumulannya dengan sakit kejiwaan dengan temannya ini, dan si teman ini sering bercerita kepadanya tentang konflik di Timur Tengah. Pertemanan mereka berlanjut, dan Hedrick akhirnya diundang untuk berkunjung ke rumah teman barunya ini. Sampai pada suatu hari coffee shop itu ditutup, dan Hedrick nggak pernah melihat si teman baru ini lagi… Tapi Hedrick kemudian mendapatkan beberapa teman baru lagi di coffee shop yang berbeda, dan mereka adalah pendengar yang baik – orang-orang yang dapat membuatnya kembali tersenyum ketika harinya buruk. Salah satunya adalah Brianna, yang dikenalnya saat ia duduk di sebuah coffee shop sambil menulis. Brianna melambaikan tangannya, mendekati, dan menanyakan apa yang sedang ditulisnya. Tanpa sadar, mereka lalu mengobrol selama dua jam, dan Hedrick menceritakan kisah hidupnya begitu saja. Hedrick dan Brianna adalah dua orang yang berbeda. Bukan hanya selera musik, tapi juga topik pembicaraan dan cara berpikir. Tapi Brianna adalah sosok yang lembut, dan pekerjaannya memang berurusan dengan orang-orang yang berada di rumah sakit jiwa dan penjara yang berniat ingin bunuh diri. Brianna melakukan hal yang sama untuk Hedrick: membantunya untuk sembuh. Mereka nggak terlibat hubungan yang romantis, dan benar-benar hanya berteman. Anyway, Hedrick sangat bersyukur atas kehadiran Brianna di hidupnya, juga beberapa teman lainnya yang ditemuinya di coffee shop. Tanpa mereka, Hedrick mungkin masih merasa dirinya seorang nabi, dan saat ini masih berada di jalanan; bercerita tentang alien dan hari kiamat. Kita bisa mempunyai teman sebanyak mungkin, tapi kita sebenarnya hanya membutuhkan satu atau dua orang sahabat saja. Dan orang yang tadinya asing, bisa saja kemudian menjadi sahabat kita. Dan siapa tahu, sahabat terbaik dapat kita temukan di sebuah coffee shop. Kalau kamu saat ini sedang kesepian dan butuh teman untuk berbicara, mengapa nggak berkunjung ke sebuah coffee shop? Siapa tahu ini hari keberuntunganmu, dan di sana kamu akan mendapatkan seorang sahabat baru… Atau kamu pernah mempunyai pengalaman bertemu dengan teman baik saat berada di coffee shop? Ceritain ke Kopling dong!

Related posts:

  1. Kedai-Kedai Kopi Berhati Mulia
  2. Arti Sebuah Nama di Gelas Kopi
  3. Antara Kreativitas, Kopi, dan Kedai Kopi
  4. Empati dan Etika di Kedai Kopi
  5. Mencicipi Kedai Kopi di Seoul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline