Selain Raden Saleh dan Affandi, Indonesia masih punya banyak pelukis maestro kelas dunia yang sangat berjaya di jamannya, bahkan hingga saat ini.
Hendra Gunawan
Lahir di Bandung pada tahun 1918 dan meninggal di Bali pada tahun 1983. Awalnya, dia adalah seorang pelukis dekor untuk sebuah kelompok sandiwara Sunda. Guru melukisnya yang pertama adalah Wahdi, seorang peluks pemandangan. Hendra Gunawan ini termasuk seniman multi talenta, karena selain bisa melukis, dia juga seorang pematung. Selain itu, dia juga bersahabat dengan para penyair, termasuk Chairil Anwar. Tak heran, Hendra juga sering menulis puisi. Dirinya lalu mantap menjadi seorang pelukis setelah bertemu dengan Affandi, bermodalkan pensil, kertas, kanvas, dan cat. Dia lalu membuat Sanggar Pusaka Sunda di tahun 1940 dan mengadakan beberapa pameran. Di tahun 1947, Hendra Gunawan membentuk sanggar Pelukis Rakyat bersama Affandi. Sanggar ini lalu melahirkan banyak pelukis besar, seperti Fajar Sidik dan G. Sidharta. Pada masa revolusi, Hendra ikut berjuang sekaligus tetap melukis. Salah satu karyanya yang terkenal dan lahir pada masa itu adalah “Pengantin Revolusi”. Hendra sempat masuk penjara selama 13 tahun karena keberpihakkannya pada rakyat pada tahun 1965-1978, karena tercatat sebagai salah satu tokoh Lekra. Di penjara, ia tetap melukis dan banyak melukis tentang ikan. Ia sangat tertarik pada karakter ikan yang tidak pernah diam.
Sebelum meninggal, dia melukis tentang ikan-ikan-ikan sebagai ucapan terima kasihnya kepada para ikan yang menjadi sumber inspirasinya. Sayangnya lukisan yang berjudul “Terima Kasih Kembali Protein” itu tidak selesai karena beliau lalu meninggal.
Sindoedarsono Soedjojono
Lebih dikenal dengan nama S. Soedjojono, beliau dikenal sebagai Bapak Seni Rupa Indonesia Modern. Julukan ini didapatnya karena dia adalah seniman pertama Indonesia yang memperkenalkan seni rupa Indonesia yang modern. Lahir di Kisaran, Sumatera Utara pada tahun 1913, pelukis ini meninggal di Jakarta pada tahun 1985. Kalau Hendra Gunawan dipenjara karena diduga terlibat aktivitas Lekra, S. Sudjojono hebatnya yang jelas-jelas aktif sebagai politikus PKI sama sekali tidak tersentuh hukum. Karya-karyanya banyak yang mencerminkan aktivitasnya di dunia politik Indonesia. Pada tahun 1970 Djon pernah menerima penghargaan yang bernama Anugerah Seni. S. Sudjojono adalah seorang pelukis yang cerdas dan kritis. Dia harus mempunyai konsep yang jelas dulu sebelum melukis dan karena jiwanya yang sangat nasionalis, beliau sering mengecam Basoeki Abdullah yang dianggapnya tidak nasionalistis karena hanya melukis berdasarkan selera pasar. Keduanya sempat bermusuhan, sampai kemudian didamaikan ketika keduanya dipertemukan oleh Ciputra dalam sebuah pameran di Pasar Seni Ancol, juga bersama Affandi.
Lee Man Fong
Pelukis kelahiran Guangzhou, Cina pada tahun 1913 ini hijrah ke Singapura ketika masih kecil bersama orangtuanya. Setelah ayahnya meninggal di tahun 1932, Lee pindah ke Jakarta. Pada tahun 1942, Lee dipenjara karena melawan kolonialisme Jepang di Indonesia selama 6 bulan, dan dibebaskan oleh seorang tentara Jepang yang bernama Takahashi Masao, karena Masao tertarik dengan potensi seni Lee. Ketika mengadakan pameran tunggal di tahun 1946, dirinya bertemu dengan Presiden Soekarno yang kemudian memberikan Lee beasiswa untuk sekolah seni di Belanda. Pameran-pameran Lee di Belanda selalu berhasil. Setelah kembali ke Jakarta, Lee terus membuat pameran dari Den Haag sampai ke Paris. Pada tahun 1952, Lee pulang ke Tanah Air. Kunjungan pribadi dari Presiden Soekarno dan Basoeki Abdullah yang menjadi pelukis resmi istana ketika itu membuatnya berani untuk mendirikan Yin Hua di tahun 1955. Yin Hua adalah organisasi para pelukis keturunan Cina dan berkantor di Jalan Lokasari, Jakarta Barat. Hubungannya yang kian dekat dengan Soekarno membuat Soekarno kian jatuh hati pada karya-karya Lee yang hanya mengutamakan keindahan semata, tanpa nafas politik. Mantan presiden kita yang satu ini memang cinta banget sama seni. Dan Lee kemudian menggantikan Basoeki sebagai pelukis istana, atas usul Basoeki sendiri. Seni memang seringkali dijadikan sarana untuk menuangkan aspirasi politis, apalagi di jaman itu yang suasananya lebih bergejolak dibanding sekarang. Kalo buat kamu, siapa seniman yang paling menginspirasi untuk menuangkan aspirasi? Sumber foto: javaunique.com dan beberapa sumber lainnya
Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- Lukisan Hilang Pelukis Ternama yang Ditemukan
- Pelukis yang Melukisi Objeknya
- Pelukis Mulut
- Pelukis Buku
- Seni Lukis Kuno Indonesia Udah 3D Lho!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H