Wah, nggak terasa beberapa hari lagi kita sudah berada di tahun 2015. Cepat sekali ya rasanya? Kamu udah berhasil melakukan semua resolusi di tahun 2014 belum? Sebelum tahun 2014 benar-benar habis, Kopling ingin mengajak kamu semua untuk melakukan perjalanan napak tilas selama tahun 2014. Sepertinya tema perdamaian dan protes ketidakadilan masih jadi topik utama tahun ini, selain tema-tema lainnya yang mencerminkan kegelisahan manusia…
Januari
Madonna dan Katy Perry menggebrak awal tahun dengan membuat proyek yang diberi nama “Art for Freedom’s secretprojectrevolution”. Fokus dari proyek ini adalah orang-orang yang teraniaya dan mengalami ketidakadilan. Sementara itu, Pedro Reyes dari Meksiko punya proyek baru yang dinamakan “The Amendment to the Amendment”. Isinya adalah ajakan Reyes kepada pemerintah Amerika untuk meninjau kembali tentang undang-undang kepemilikan senjata api.
February
Catherine Bennet, seorang seniman yang pernah mengalami banyak tragedi sampai mengalami Parkinson bangkit di usianya yang ke 54 dengan melukis. Ada 15 lukisannya di bulan ini yang dipamerkan di Safety Harbor Public Library. Alice Moloney menghabiskan waktu selama seminggu di sebuah penitipan para manula, Newent House, yang terletak di pinggiran kota London. Alice nggak hanya berbicara kepada para manula, tapi dia juga mengamati kegiatan mereka. Dan pengamatannya itulah yang dilukiskan dengan cat air dan kuas. Pada bulan ini, Amerika kehilangan James Cahill, seorang seniman yang sejak muda berusaha untuk memengaruhi dunia barat dan budaya Cina dengan cara mengintepretasikan lukisan-lukisan Cina menurut kacamata barat.
Maret
Kupu-kupu adalah lambang dari kehilangan, rekonsiliasi, dan tubuh seorang gay. Truong Tran sangat sedih ketika mendengar ada sepasang lesbian yang dipukuli hingga mati di Texas. Kekerasan terhadap kaum gay sampai hari ini masih terjadi, bahwa di negara yang sangat berpikiran terbuka seperti Amerika Serikat. Dirinya lalu membuat pameran di San Francisco dengan judul sepanjang jalan kenangan: “Or I Know You Are But What Am I Or The Fleecing of Americana Or 9000 Butterflies for Damien Hirst Or I’d Rather Do This and Call It Art Or What You’ve Heard Is True Or And Away We Go Or The Miseducation Of Gnourt Nart Or It’s Complicated Or I Meant to Say Please Pass The Sugar.” “A Love Letter to the City” adalah bukti cinta Stephen Powers untuk kotanya. Proyek ini berhasil menarik perhatian sebuah organisasi seni, Creative Time, yang kemudian mengajaknya untuk berkolaborasi dalam sebuah proyek seni, bersama 40 seniman lainnya. Mereka melukisi 60 rambu-rambu jalanan di Coney Island.
Semua turis yang datang ke London nggak akan melewati benda-benda klasik yang hanya dapat mereka temui di kota ini, seperti bus susun, telepon umum yang berwarna merah, tentara Inggris, dan Saville Row. Perpaduan antara masa lalu dan masa kini di kota London inilah yang mengilhami terciptanya sebuah proyek seni yang diberi judul “Street Eraser” dan dipercayakan pada Guus Ter Beek dan Teyfun Sarier. Kedua seniman ini sepertinya mencoba untuk menjadikan “papan catur” itu sebagai sebuah simbol, seperti halnya emoji. Bedanya, simbol yang satu ini punya makna yang lebih dalam dibanding sekadar wajah yang tersenyum. Bahwa hidup memang tak luput dari kesalahan, dan setiap manusia pasti mempunyai bagian yang ingin mereka hilangkan, atau bahkan tutupi.
April
Seorang ilustrator perempuan asal Kanada, Katie So, menggambarkan kegelisahan-kegelisahan perempuan ini dalam serangkaian karyanya yang diberi judul “Destined for Misery”. Karya ini dibuat oleh Katie berdasarkan kehidupannya sendiri selama 6 bulan, sebagai evaluasi pribadi. Katie menggambarkan kegelisahannya, kekhawatirannya, kecemburuannya melalui ilustrasi yang bergambar hitam putih. Hampir semua orang yang pernah mengalami kegagalan dan kekecewaan, baik dalam hubungan percintaan maupun pekerjaan, pasti dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Katie.
Mei
Anna Gensler, seorang ilustrator dari Amerika Serikat, men-download Tinder, sebuah aplikasi mobile dating. Dengan cepat, dia mendapatkan banyak respon dari cowok-cowok single. Dan mereka pun mulai saling berkenalan. Tapi sayangnya, hampir semua cowok-cowok itu dari awal sudah berkata-kata kurang ajar dan Gensler sangat terganggu dengan hal ini. Karena kesal, Gensler lalu mulai menggambar potret telanjang cowok-cowok yang mengganggu ini dan memasukkannya ke akun Instagram miliknya, berikut pesan-pesan singkat yang bernada kurang ajar yang mereka terima. Gesler mengubah pelecehan menjadi seni, sekaligus memberikan cowok-cowok itu pil pahit. Tinder ini memang cukup fenomenal ya? Beberapa ada yang berhasil, namun nggak banyak yang menyalahgunakannya juga. Pernah ada yang mengalami hal serupa?
Center for African Family Studies (CAFS), sebuah NGO internasional yang berbasis di Nairobi, baru-baru ini bekerja sama dengan seorang seniman asal Kenya, Michael Soi, untuk membuat bungkus kondom yang lebih menarik.Tujuannya adalah untuk mempromosikan seks aman dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ancaman HIV/AIDS. - Seorang ilustrator dari Amerika Serikat, Jennie Ottinger, yang kemudian tergerak untuk membuat gerakan yang diberinya nama “Postal Mortem”, karena dirinya sangat prihatin terhadap masalah yang dihadapi oleh kantor-kantor pos di Amerika lebih pelik dibanding dengan yang terjadi di Indonesia. Selain kekurangan dana, perusahaan kantor pos mereka pun saat ini sedang diblok oleh pemerintah karena ingin diprivatisasi oleh swasta. Duh!
Rasisme terjadi di mana saja, mau di negara maju maupun negara berkembang. Tema antar-ras inilah yang sering digunakan oleh seorang seniman asal Brazil, Adriana Varejão, dalam berkarya. Sejak awal masa karirnya, Adriana sudah sangat tertarik dengan sejarah-sejarah yang nggak diungkapkan tentang betapa brutalnya kolonialisasi di Brazil.
Juni
Apakah kamu termasuk salah satu yang nggak melewatkan satu pun pertandingan di World Cup 2014 lalu? Di tengah hingar bingar World Cup 2014 di Brazil, banyak seniman di Brazil dan rakyat miskin di sana yang memprotes acara akbar ini. Pemerintah Brazil konon mengeluarkan uang lebih dari $11 milyar untuk acara ini, sementara rakyatnya masih banyak yang kelaparan… Di Indonesia sendiri ada perhelatan akbar seni tahunan ART|JOG 14 yang menyerap banyak sekali wisatawan pada bulan Juni. Bertepatan dengan akan terjadinya peristiwa besar dan penting bagi bangsa Indonesia di tahun 2014, yaitu Pemilu Presiden, ART|JOG 14 mengambil tema Legacies of Power. Lewat pameran ini, kita diajak melihat kembali sejarah peralihan kekuasaan di Indonesia, baik yang terjadi melalui konfrontasi, diplomasi, maupun pemilihan umum.
Ikuti lanjutan dari artikel ini besok untuk kembali mengingat apa yang terjadi pada bulan Juli-Desember 2014!
Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- Di Balik Piala Dunia 2014 Yang Bergengsi Itu…
- Kisah di Balik Kartu Tarot Yang Terkenal Itu
- 8 Perempuan Di Balik Para Seniman Legendaris
- [UPDATE] Peserta Pameran KACF 2014
- Makna di Balik Emoji
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H