Lihat ke Halaman Asli

Sci-Fi Dalam Lukisan

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

fjarrhandske_verge_super_wide

Science fiction adalah sebuah genre fiksi yang isinya imajinatif, dengan setting futuristik, ilmu pengetahuan dan teknologi futuristik, perjalanan ke luar angkasa, parallel universeextraterrestrial life, dan kemampuan paranormal. Sebagian seniman menggunakan genre ini sebagai alat untuk mendiskusikan tentang ide-ide filosofis, seperti identitas, keinginan, moralitas, dan struktur sosial. Menurut Robert A. Heinlein, “Science fiction adalah spekulasi realistis tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan berdasarkan apa yang kita ketahui di masa lalu dan masa sekarang.” Sementara menurut Rod Serling, “Science fiction adalah fantasi yang dibuat menjadi mungkin.” Sebenarnya, genre science fiction udah ada dari jaman dulu. “The Tempest” karya Shakespeare juga bisa dianggap sebagai science fiction. Di Abad 2 juga ada cerita yang berjudul “True Story” karya Lucian yang juga dianggap ber-genre science fiction. Di jaman modern, “Gulliver’s Travel” karya Jonathan Swift yang jadi salah satu dongeng yang kita dengar sejak kecil itu juga bisa dikategorikan sebagai science fiction. Istilah “sci-fi” sendiri lahir di tahun 1954 dan pertama kali dipakai oleh Forrest J. Ackerman. Kita pasti juga udah sering banget baca buku dan nonton film yang ber-genre science fiction ini. Yang terakhir sih mungkin “Pacific Rim” ya? Penggemar science fiction itu banyak banget, dan kebanyakan memang cowok sih. Seorang seniman Swedia, Simon Stålenhag, yang juga penggemar science fiction membuat sebuah serial lukisan yang berjudul “A Day in the Life of Dystopian Sweden”. Mengambil setting di sebuah kota pinggiran di Swedia di akhir tahun 80-an, dalam serial itu dilukiskan gimana para penduduk kota itu menjalani hidupnya yang normal. Dan “normal” bagi mereka adalah hidup bersama robot-robot, juga dinosaurus yang bangkit dari kematian akibat sebuah eksperimen yang gagal. Simon mencoba membayangkan dan “mengambil gambar” gimana para penduduk di kota itu ketika keadaan itu terjadi. Kalo kamu suka main video game, karya Simon ini mirip kehidupan yang digambarkan di “Half-Life 2″.

signalen_verge_super_wide

varselklotet_verge_super_wide

Simon menerangkan dalam The Verge bahwa perbedaan antara dunia di dalam lukisannya dan dunia nyata adalah sejak awal Abad 20, perilaku dan budget lebih banyak dipakai untuk sains dan teknologi. Volvo, Volkswagen, dan Mercedes bersaing dengan robot-robot. Atau mereka, mobil-mobil itu, adalah juga robot-robot itu sendiri? Kamu sendiri punya gambaran atau fantasi nggak tentang kehidupan futuristik? Bisa lho, dijadikan ide untuk membuat karya seperti Simon ini. Website: simonstalenhag.se Twitter: @simonstalenhag

Related posts:

  1. Coffee Art: Nggak Hanya Lukisan di Atas Kopi
  2. Ketika Lukisan & Instalasi 3D Bersatu
  3. Lukisan Meme karya Lauren Kaelin
  4. Imaginary Friends Become Real!
  5. Lukisan dan Film pt.1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline