Ada seorang ilustrator dari Amerika yang bernama Edward Randolph Emberley, yang lebih dikenal dengan nama Ed Emberley. Ed ini nggak lagi muda. Lahir di tahun 1931 dan meraih gelar kesarjanaan di bidang seni lukis dan ilustrasi dari Massachusetts School of Art and Design, juga dari Rhode Island School of Design, Ed mempunyai jiwa yang sangat muda. Dia adalah salah satu penulis buku yang sangat produktif, dan buku-buku yang dihasilkannya adalah buku-buku bergambar untuk anak-anak. Ed sendiri hanya mempunyai dua orang anak, Rebecca dan Michael.
Ed ini mungkin semacam almarhum Pak Tino Sidin. Buku-buku Ed berisi tentang cara menggambar bagi anak-anak, karena dia percaya bahwa semua orang pada dasarnya bisa menggambar. Instruksinya sangat jelas dan mudah dimengerti oleh anak-anak. Ed sudah mengeluarkan lebih dari 50 buku sejak tahun 60-an hingga tahun 2010. Buku pertamanya “The Wing on a Flea”yang terbit pada tahun 1961 mendapat penghargaan sebagai buku ilustrasi terbaik yang terbit di tahun itu. Istrinya sendiri, Barbara, adalah seorang penulis, dan keduanya sering berkolaborasi dalam membuat buku.
Salah satu karya Ed yang menarik untuk kita simak adalah bukunya yang terbit pada tahun 2005 dan berjudul“Fingerprint Drawing Book”. Kalo Paul Troilo membuat lukisan dengan ulasan jarinya, dalam buku ini, Ed menunjukkan bagaimana sidik jari kita ternyata bisa menggambar kodok, kereta api, bunga, badut, naga, dan banyak lagi. Penggemar buku ini bukan hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Lalu, ada juga seorang pelukis dari Prancis yang menggambar dengan menggunakan teknik yang sama. Tentunya, dengan gaya yang sangat dewasa. Nicolas Jolly menggambar dengan tinta di atas kertas dengan sidik jari. Karya-karyanya sedikit mengingatkan kita kepada lukisan-lukisan karya Van Gogh. Dengan sangat piawai dan rapi, Jolly dapat menimbulkan kesan cahaya, bayangan dan bentuk di dalam lukisannya. Ketika dilihat dari jauh, gambar-gambarnya tampak seperti tekstur yang bergerak.
Lukisan yang digambar dengan sidik jari mungkin bisa diduplikasi, tapi yang pasti nggak dapat ditiru, karena setiap kita punya sidik jari yang berbeda. Menarik, memang. Sumber gambar: paperblog.com dan beberapa sumber lainnya
Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- Melukis dengan iPad dan iPhone
- Melukis Dengan Darah
- Melukis Potret Dari Bahan Organik
- Melukis dengan Cahaya & Bayangan
- Herve Tullet: Pangerannya Ilustrasi Buku Anak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H