Kopling udah sering nulis artikel tentang para seniman yang jadi pecandu kopi. Tapi bener nggak sih kalo kopi memang bisa memacu kreativitas seseorang, atau itu hanya masalah kebiasaan dan kecanduan aja? Sherlock Holmes. Dia bukan pecandu kopi, tapi kokain. Menurut Doyle, orang yang kecanduan adalah orang yang lemah. Lalu ada W.H. Auden, seorang penyair Amerika kelahiran Inggris, yang punya ketergantungan pada benzedrine. Benzedrine adalah campuran amfetamin, atau banyak dikenal dengan nama “bennies” dan yang memang banyak dipake oleh para tokoh-tokoh sastra sejak tahun 1933. Benzedrine ini awalnya dibuat untuk keperluan medis karena mempunyai efek rangsang yang euforis, tapi lalu dipake untuk keperluan “rekreasi” dengan cara diminum pake kopi atau alkohol. Bukan cuma Auden, tapi Jack Kerouac dan Jean-Paul Sartre adalah juga pengguna benzedrine. Elton John bahkan menuliskan lagu yang isinya memuji sibenzedrine ini dengan judul “Benii and the Jets”. Pada tahun ini, 2013, benzedrine udah dianggap kuno, karena sekarang udah ada penggantinya, yaitu addreal, atau garam yang mengandung amfetamin, dan… kopi. Kafein adalah “obat” yang bisa didapat tanpa melanggar hukum dan tanpa harus pake resep dokter, dan dianggap sebagai zat yang kita butuhin kalo mau tetap produktif (dan kreatif). Berapa banyak orang yang sering bilang, “Gue bisa bete banget seharian kalo nggak ngopi!”, atau “Mendingan nggak makan deh daripada nggak ngopi. Jadi nggak bisa kerja soalnya, bro!” Mungkin kamu adalah salah satu orang yang pernah ngomong gini juga? Di luar masalah legalitas atau penerimaan masyarakat terhadap ketergantungan terhadap kopi dan kafein, nggak bisa dipungkiri bahwa memang rasa kecanduan terhadap apapun itu adalah tanda rasa takut dan rasa nggak aman. Menarik adalah, banyak orang yang tiap hari harus minum kopi, dan mereka juga adalah orang-orang yang takut sama kematian… Tapi ada fakta menarik lainnya nih selain itu. Ternyata nggak cuma kafein yang bisa merangsang kreativitas seseorang, tapi juga coffee shop atau kedai kopi. Hmmm… Masak sih? Bukannya orang lebih bisa kerja di tempat yang tenang ya? Riset membuktikan bahwa di tempat tenang justru kreativitas beberapa orang malah mandeg, sementara tempat yang terlalu rame malah bikin frustrasi karena suaranya sangat mengganggu. Sementara, campuran antara ketenangan juga lingkungan yang nggak terlalu sepi di coffee shop malah membuat kreativitas orang mengalir lancar… Makanya nggak heran banyak orang memilih untuk ngetik, kerja, dan ngejar deadline di coffee shop – termasuk kamu kan? Suara-suara dan kebisingan yang ada di coffee shop itu biasanya berkekuatan 70 desibel – yang sangat pas untuk memacu kreativitas. Sementara ruang yang sunyi biasanya kekuatan suaranya 50 desibel dan tempat yang bising biasanya volumenya 85 desibel. Orang yang mau ngerjain kerjaan yang berhubungan dengan angka atau ketepatan memang perlu tempat yang sepi banget, karena memang mereka perlu ketelitian dan bukan kreativitas. Menurut Dr. Ravi Mehta, dari University of Illinois, tempat yang terlalu sepi membuat orang yang bisa berpikir di luar “kotak” dan jadi sangat fokus pada masalahnya, tanpa bisa menyelesaikannya. Jadi, gimana dong kalo dana kita terbatas dan kita nggak mampu untuk ke coffee shop tiap hari, sementara kerjaan kita berhubungan dengan kreativitas, seperti penulis, misalnya? Jangan sedih, karena kamu bisa tetep kerja di rumah dengan “menipu” telinga kamu, bahwa kamu lagi ada di coffee shop. Coba pake headset kamu sekarang, dan dengerin suara yang ada di klip ini sambil bekerja, terus lapor ke Kopling: apakah kreativitas kamu jadi meningkat?
Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- “Pay It Forward” di Kedai Kopi Corner Perk
- Kedai Kopi yang Menginspirasi
- 5 Coffee Shop Terunik pt.1
- 7 Resolusi Kopi di 2013
- Mesin Kopi Praktis buat si Pelancong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H