Lihat ke Halaman Asli

Yudho Sasongko

UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

Puisi: Serasah Melejang Bumi

Diperbarui: 24 Oktober 2021   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Guguran temui bumi yang resah gelisah
Rindu serasah untuk menghancur diri
Lebur bergambut di peraduan tanah
Ikat sang pelindung angkasa terpilih
Karbon yang bertapa di resap-resap bumi

Bumi ikhlas belai serasah hingga mati
Nyawanya untuk petapa-petapa karbon
Agar tetap diam hingga waktu tiba
Bak ujar cecair lava yang setia berdiam
Hingga sampai masa penghabisan

Serasah tepekur memeluk karbon
Sejoli ukir titimasa wana nusantara
Biakkan segala akar menghunjam
Tumbuhkan pokok pohon gemilang
Giring fauna menggirang abadiah
Hingga flora hijau maya-maya

Tetiba yang serakah durja membahana
Gerus petapa karbon berhumus
Pisahkan serasah oleh cakar-cakar besi
Tusuk peraduan terakhir yang dalam

Petapa-petapa karbon berhamburan
Berburai dengan serasah yang terbakar
Membumbung tinggi memanasi angkasa
Dipaksa berkumpul merumah kaca
Tuk tersulut ambang batas mengganas

Panasnya bangunkan petapa putih-putih
Yang beku berdiam di kutub Ibu Bumi
Seperti bara neraka sobek sejuk surga
Petapa putih leleh di bahari bumi
Hingga tak perlu purnama lagi
Tuk junjung air bahari tinggi-tinggi

Kemana lagi serasah gambut merajut
Kemana lagi burung enggang berdendang
Kemana lagi bekantan berkawan
Kemana lagi tajuk pohon menunjuk
Kemana lagi semut-semut merunut

Ambal hijau Ibu Bumi tercabut kalut
Merintih rindui serasah bersetia
Hanya asap legam yang menjawab
Membungkam telepati wana raya
Tak berjarak antara hancur dan lebur
Biadab menjungkir adab

Cik! Arkais anarkis pati
Alai-belai yang tak mandraguna lagi
Rahara berduit menang berdentang
Seperti nuraga yang menutupi candala
Bujuk hingga berbungkuk
Sembah sang penyantap rimba

Cik! Hujan turun tak segar lagi
Mengiris tulang menjengkang-jengkot
Mengasam hingga akar resam
Tiada lagi pelipur laras pancer
Hilanglah pengisi nada-nada kosong
Yang ditinggalkan rintik hujan
Sepi berpamit berganti raung gergaji

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline