Lihat ke Halaman Asli

Yudho Sasongko

UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

Fiksi Ramadan: Hilal Telah Tampak, Aisyah!

Diperbarui: 23 Mei 2020   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Hilal telah tampak di atas puncak bayangan Gunung Penanggungan itu. Beberapa pemuda pesantren itu terlihat sibuk dengan peralatan optik yang tersusun gagah di atas sebuah tripod. 

Mereka tergabung dalam Sapala (Santri Pecinta Alam) yang mendapat tugas dari pondok pesantrennya untuk berpraktik melihat hilal dengan ilmu rukyat. Mendaki dataran yang cukup tinggi agar visibilitas bebas dan terbuka. 

Ekspedisi hilal santri pecinta alam ini beranggotakan 4 orang yang sudah mendapatkan pendidikan dan latihan dasar kepecintaalaman. Sehingga cukup aman dan memenuhi syarat untuk melakukan pendakian dan pengembaraan.

Sudah 4 jam mereka menelusuri trek pendakian. Misi ganda mereka cukup berat. Selain tugas melihat hilal juga melakukan mini session pemetaan benda-benda purbakala yang tercecer di jalur Jolontundo di Gunung Penanggungan itu. 

"Hilal telah tampak, Aisyah!" pekik Ahmad yang matanya masih menempel di bantalan karet teleskop itu.
"Alhamdulillah!" teriak mereka bersamaan. 

Kepul asap pembakaran ranting dari kayu-kayu kering nampak membumbung tinggi di puncak bayangan Gunung Penanggungan. Ia adalah sebuah tanah lapang di koordinat 737'21.2"S 11237'02.3"E.

Sore jelang maghrib itu, kabutnya lembut nya terasa mengisi pori-pori kulit. Seolah memberi kesempatan kulit untuk beradu langsung dengan hawa dingin khas pegunungan.

"Alhamdulillah akhirnya misi ini sukses," puji Ahmad  sambil berkemas untuk melanjutkan misi selanjutnya, pemetaan kilat beberapa reruntuhan candi-candi kuno di jalur turun Jolotundo malam itu juga.
"Kita akan upayakan sebelum subuh sudah sampai di base camp! Seru Aisyah.
"Ah, kamu pasti sudah kebelet cicip kue Lebaran, ya!" Ahmad bercanda. Tampak Aisyah tersungging manis, menambah kecantikan santriwati tomboy itu.
"Baiklah mari kita mulai agar beres sebelum waktu berbuka tiba," respon Aisyah dengan semangat.

Sejenak mereka menghela napas panjang. Tuk sekedar merasakan bolak-balik hati, antara nyeri dan ngeri, sepi dan keterasingan. Yang tak tahan menjadi  sebuah fobia yang menakutkan. 

Namun, itu tak akan pernah terjadi bagi mereka. Karena hati telah dihiasi dan dikuatkan oleh hikmah-hikmah yang mereka peroleh saat memulai perjalanan 4 jam yang lalu dari pos 1 pendakian Gunung Penanggungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline