Ramadan memberikan dua pelajaran utama yang sangat berharga bagi hidup yaitu rabbaniyah (ketuhanan) dan rahbaniyah (kerahiban). Dua kata berbahasa Arab ini sekilas hampir sama. Namun, sangatlah berbeda artinya.
Sisi rabbaniyah mengajarkan bahwa Ramadan itu suci, bulan dengan keutamaan Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar. Sisi rabbaniyah menyoal bagaimana ketaatan penghambaan makhluk kepada penciptanya. Satu di antaranya adalah melaksanakan ibadah puasa di Bulan Ramadan.
Sedang di sisi rahbaniyah, Ramadan mengajarkan tentang kerahiban dalam artian perjuangan untuk penyucian diri bak seorang rahib di masa lalu. Puasa adalah ibadah universal. Di setiap agama ada ritual puasa.
Kalau melihat sejarah tentang kerahiban atau rahbaniyah, diingatkan oleh kisah-kisah kerahiban Bunda Maria atau Maryam binti Imran, ibundanya Nabi Isa As. Dia adalah wanita saleh yang karakternya dibangun oleh kerahiban yang berupa ibadah puasa.
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia." (QS Ali-Imron : 42)
Ibadah puasa yang konsisten dan berdisiplin tinggi, menghasilkan jiwa-jiwa suci seperti yang dimiliki oleh Maryam binti Imran ini. Rahbaniyah atau kerahiban yang dilakukan oleh Maryam binti Imran ini membuatnya berkesempatan menikmati hidangan dari langit.
"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (Ali Imran 37).
Nilai rabbaniyah atau ketuhanan lainnya dari Ramadan adalah tentang sikap kasih sayang yang terwujud dalam toleransi. Ramadan mengajarkan untuk bersikap sabar dan lembut. Kedua sikap ini sangat penting dalam membangun ketangguhan toleransi.
Ramadan mengajari untuk tidak bersikap radikal. Ramadan mengajari untuk tidak berebut klaim firqotun najiyah atau golongan yang paling sempurna atau golongan yang selamat. Klaim firqotun najiyah yang diperebutkan antar kelompok adalah menyulut utama radikalisme.
Dan juga dilarang memaksa sebuah amalan mahdzab satu ke mahdzab lain, serta tidak memaksa berjalannya sebuah ikhtilafiyah (perbedaan) dan wilayah furu'iyah (cabang) lainnya.