Lihat ke Halaman Asli

Yudho Sasongko

UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

Win-Win Solution untuk Eidiyah

Diperbarui: 13 Mei 2020   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels/freepic.org

Pro-kontra itu hal biasa. Perbedaan preferensi adalah dinamika gairah hidup. Pro-kontra akan melunak bijak ketika berujung pada win-win solutions. 

Kado lebaran atau hadiah lebaran atau istilan Arabnya "Eidiyah" sudah menjadi tradisi di Indonesia. Sama halnya yang sudah lazim di Arab Saudi dengan nama Eidiyah tersebut. Kado lebaran dan Eidiyah masuk kategori hadiah dalam fikih Islam. Dalam khasanah fikih Islam, hadiah dapat diartikan sebagai pemberian dari seseorang kepada orang lain tanpa adanya penggantian dengan maksud memuliakan.

Sejarah Eidiyah (hadiah/kado Lebaran) dimulai saat era Fatimah, anak Rasulullah Saw yang terkenal dermawan itu membagikan hadiah kepada anak-anak dan orang miskin di sekitar Madinah saat Idulfitri.  Tradisi ini berlanjut di mana orang-orang kaya mulai membagikan hadiah kepada anak-anak miskin dan orang dewasa yang mampu menyelesaikan membaca Al-Qur'an.

Tidak hanya berupa uang tunai, beberapa memberikan permen, mainan atau barang lainnya. Pemberian Eidiyah ini juga tidak dibatasi hanya kepada anak-anak Muslim. Toleransi Eidiyah begitu tinggi, semua anak-anak yang ditemui atau berkunjung ke rumah saat Idulfitri juga dapat menerima Eidiyah.

Hadiah adalah pemberian yang dimaksudkan untuk mengagungkan atau rasa cinta. Dengan pengertian tersebut, memberi hadiah tidak dilarang dalam Islam. Hadiah justru dianjurkan karena bisa mempererat tali silaturahmi. Rasulullah Saw bersabda: "Berilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai." (HR. Bukhari)

Momen Idulfitri yang ditunggu-tunggu setelah menjalani puasa selama sebulan, makin meriah dengan berbagi hadiah atau kado Lebaran, apapun bentuknya. Gempitanya hadiah atau kado Lebaran ini, terutama menyasar ke anak-anak. Kado Lebaran yang lazim diterima mereka dalam bentuk uang.

Selain bahagia mengenakan baju baru, anak-anak juga gempita dengan kejutan hadiah berupa uang lebaran selepas shalat Idulfitri. Namun, dengan adanya pandemi Covid-19 ini, tradisi berkumpul, mengunjungi sanak saudara untuk silaturahmi, menyantap kudapan khas Idulfitri, ataupun memberi kado lebaran ke anak-anak sepertinya tak akan maksimal dengan berlakunya PSBB.

Tapi itu semua tidaklah membuat semangat untuk tetap memberikan kado lebaran dengan cara cerdas dan bijak tanpa melanggar aturan-aturan yang terkait dengan pandemi. Keputusan bijak tentunya akan memilih belanja kado Lebaran secara daring (online). Cara ini adalah bagian dari upaya untuk mendukung program-program yang terkait dengan kontrol pandemi Covid-19.

Begitupun sebaliknya, apapun alasan dan keuntungan belanja kado secara manual atau luring, tentunya untuk sementara dikalahkan atau mengalah dulu dengan pertimbangan kebijakan dan akal sehat terkait pandemi ini. Kebijakan selanjutnya adalah semua jenis kado Lebaran, baik itu THR, Angpao Lebaran, parsel Lebaran, Eidiyah, hadiah atau bentuk lainnya harus diupayakan aman perlakuannya serta sesuai dengan prosedur-prosedur yang terkait dengan pandemi ini.

Inilah yang dimaksud dengan win-win solution di atas. Di mana hadiah atau kado Lebaran tetap jalan dengan mengutamakan belanja online, dan rasa aman juga didapat.  

Idulfitri, sudah sepaket dengan tradisi mengenakan busana terbaru untuk memberikan penampilan terbaik di Hari kemenangan. Karena itu sudah sunah yang terdapat pada dalil-dalil sahih berupa hadis Nabi dan atsar (perkataan) para ulama ahlus sunah wal jama'ah yang menunjukkan bahwa hal itu memang boleh dan ada tuntunannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline