Lihat ke Halaman Asli

Yudho Sasongko

UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

Santun Kata

Diperbarui: 5 Mei 2020   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels

Ayat-ayat pilihan Ramadan Bagian-15

Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (Al Baqarah 103)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): Raa'ina, tetapi katakanlah: Unzhurna, dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.  (Al Baqarah 104)

Santun kata (qaulan karimah) itu bukan saja lemah lembut di intonasi dan artikulasinya. Namun, santun kata juga meliputi nilai kebenaran (qaulan syadidah) ujaran yang diucap. Intonasi dan artikulasi bisa saja lemah lembut, namun jika ujaran yang diucapkan bernilai negatif, maka tidak bisa disebut dengan santun. 

Dua ayat ini menerangkan tentang adab berujar atau berucap. Sedang sasaran bahasa target yang dihantarkan sesuai dengan lingua franca masing-masing. Artinya, setiap daerah mempunyai bahasa gumamnya masing-masing yangt berbeda satu sama lainnya.

Santun kata sangatlah penting dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis. Apalagi dalam hal berdakwah, wajib untuk menghantarkan bahan dakwah ke obyek dakwah (mad'u) dengan seksama serta memperhatikan cara-cara yang halus penuh hikmah. Cara dakwah ini biasa disebut dengan bil hikmah.

Perkataan yang santun makin memikat dakwah Anda. Selain santun dan sopan juga harus tetap lembut intonasinya atau "qoulan Layyinan". Teladan berlembut kata ini  seperti yang diamanatkan surah Thaha ayat 43-44 .  Ayat tersebut secara harfiyah berarti komunikasi yang lemah lembut (Layyin). 

Karena Al-Qur'an berbasis bahasa Arab, maka ujaran inhibisi (yang dilarang) saat itu antara lain ujaran (gumam) yang berbahasa Arab seperti pada pada lafaz :"Raa'ina" (bodoh amat). Ini adalah bahasa gumam yang harus dihindari. 

Kemudian, lafaz yang negatif tersebut diganti menjadi "undzurna" dan "wasmaa'u". Untuk mengingatnya, sebut saja SWAT untuk ujaran (Sami'na Wa ATho'na)/Kami dengar dan kami ta'ati) dan SWAS untuk ujaran (Sami'na Wa AShoinah)/Kami dengar dan kami langgar. Agar dengan mudah mengingat serta melawan lupa tentang historis ujaran-ujaran negatif yang pernah diceritakan Al-Quran seperti ujaran pada al Baqarah 104 ini. 

Kesimpulannya, perkataan haruslah bersifat : qaulan sadida, (benar/tidak berisi hoax), qaulan baligha (lugas/tidak bertele-tele), qaulan ma'rufa (baik), qaulan karimah (sopan), qaulan layinan (lembut), dan qaulan maysura (mudah dicerna). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline