SURGA YANG HADIR DI PENGHUJUNG KEMATIAN
“ Setidaknya kau tahu..., ada jiwa seorang kelana tak bertuan, begitu polos mengintai mimpi untuk seorang gadis pujaan hati “
Malam ini terasa tak seperti malam-malam sebelumnya. Tak heran jika dikatakan demikian karena perbedaanya adalah masalah bergulirnya waktu antara hari kemarin dan hari ini. Namun barangkali tidak hanya demikian yang di rasakan oleh stenly.
Perbedaan malam ini dengan malam kemarin bagi stenly adalah soal rasa. Rasa batin yang terpampang melalui lukisan jidatnya yang sejak setengah tahun yang lalu mengkerut, kini mulai terubah. Senyum-senyum gila menghiasi kesendiriannya di malam yang sepih nan pekat.
“ selamat malam..! “ ucap Zena saat menyentakan kaki pada tangga rumahnya stenly.
“ hay, malam juga, zen..! mari masuk..! stenly menyahut suara zena sambil mengarahkan sebuah kursi untuk di duduk zena.
“ apa ada perlu dengan saya, zen? “
“ iya, saya butuh bantuan kamu untuk mengetik soal ulangan untuk kelas tujuh. Itupun kalau kamu mau, sten..! “
“ ohhh iya. Bisa zen...! kebetulan saya juga tidak sibuk saat ini. Coba saya lihat, mana soalnya? “ kata stenly sambil mengambil buku dari tangannya zena.
Hari itu adalah hari yang terhitung ketiga kalinya zena mengunjungi rumahnya stenly. Terlepas dari urusan pekerjaan sebagai tenaga pendidik, mereka berdua tak bosan-bosannya berbagi kebersamaan dengan canda gurau setiap kali mereka duduk cerita bersama.
Tak heran jika mereka begitu akrab seperti sepasang merpati yang saling berbagi dalam kesempatan pertemuan, meskipun ruang kebersamaan mereka belum mencukupi sebulan sejak berada di tempat kerja.