Lihat ke Halaman Asli

BI7DRR dalam Jeratan Fed Funds Rate

Diperbarui: 10 November 2023   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepanjang pejalanan BI7DRR Bank Indonesia mematok suku bunga acuan sebesar 5,75% yang bertahan hingga Sembilan bulan terkahir di tahun 2023. Namun, dipenghujung triwulan keempat tahun 2023, tepatnya di bulan Oktober Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur menyampaikan kenaikan sebesar 25 bps menjadi 6,00%. Sedikit mengulas historis dari perkembang perekonomian Indonesia sejak awal tahun 2023 hingga kuartal ketiga bulan Desember performa perekonomian nasional menunjukkan kinerja yang baik di topang oleh permintaan domestik yang tetap kuat, kinerja neraca pembayaran Indonesia, terjagannya nilai tukar rupiah, inflasi doemstik yang tetap terkendali dalam kisaran sasararan, ketahanan sistem keuangan serta terjaganya bauran kebijakan moneter ditengah kondisi ketidakpastian perekonomian global yang tetap tinggi.  namun, posisi BI7DRR diangka 5,75% tidak bertahan lagi dibulan berikutnya, tepatnya pada Rapat Dewan Gubernur, Gubernur Bank Indonesia menyatakan hasil rapat RDG bulan Oktober menyatakan kenaikan BI7DRR sebesar 25 Bps menjadi 6.00%. berdasarkan hasil RDG bulan Oktober dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia diperkirakan tetap dan berdaya tahan terhadap rambatan global, terjaganya neraca pembayaran Indonesia, inflasi masih dalam kisaran target serta likuiditas perbankan yang tetap terjaga. Ditengah performa ekonomi nasional yang terjaga, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi meskipun depresisasi pada nilai tukar dinilai masih relatif lebih baik daripada depresiasi mata uang di nega lainnya, dari sisi global, perekonomian global mengalami yang kian melambat seiring dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. 

Sepak terjang yang terjadi pada ekonomi global membawa rambatan efek terhadap perekonomian nasional. Respon yang tanggap dalam membaca situasi ekonomi global menjadi acuan dalam menakar kebijakan dimasa depan. Amerika Serikat menjadi negara dengan “super power”, Amerika Serikat mendominasi perekonomian dunia atau secara kasar dapat dibilang Amerika Serikat menyetir perekonomain dunia. Huru hara yang terjadi di negara tersebut akan berimbas pada negara-negara lainnya. Kasus kenaikan BI7DRR di bulan Oktober menjadi salah satu fenomena nyata dari imbas kenaikan Fed Funds Rate, Bank Indonesia memperkirakan Fed Funds Rate bersifat higher for longer. Konsumsi rumah tangga dan sektor jasa yang berorientasi domestik tetap tumbuh positif menopang kuatnya ekonomi Amerika Serikat ditahun 2023. Dari sisi pasar tenaga kerja, pasar tenaga kerja Amerika Serikat belum mereda ditengah angka pengangguran yang konstan diangka 3,8% pada September 2023 disamping pertumbuhan upah bulanan tenaga kerja yang tetap moderat.  Inflasi Amerika serikat juga masih menunjukkan angka yang tinggi, jauh dari target inflasi 2%. Hal ini menggiring ekspektasi akan hawkish-nya The Fed. Hawskish-nya The Fed membawa dampak buruk bagi perekonomian negara lain, khususnya negara emerging markets seperti Indonesia. Tekanan depresiasi nilai tukar rupiah, tingginya capital outflow menjadi imbas hawkish-nya The Fed di tengah ketegangan geopolitik yang masih tinggi yang berkontribusi dalam kenaikan harga pangan dan minyak dunia yang berujung pada inflasi global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline