Sarah, seorang ibu rumah tangga yang memiliki satu anak, biasa menghabiskan banyak waktu senggangnya dengan bermain gadget. Ketika ia sedang memantau beranda di media sosial miliknya, ia kerap melihat postingan sesama IRT tentang produk-produk rumah tangga terbaru atau alat-alat kebutuhan bayi lainnya
Hal tersebut, menjadi awal mula kebiasaan baru Sarah yaitu, belanja online. Barang-barang yang Sarah beli mula-mula cukup masuk akal seperti celana popok, gendongan serbaguna, atau sekadar alat pemanggang sederhana.
Tapi lama-lama Sarah kalap juga. Dalam kurun waktu lima bulan saja, Sarah sudah membeli dua selimut secara online untuk putrinya yang berusia tiga tahun dengan alasan selimut tersebut memiliki motif yang lucu. Belum lagi lusinan kotak makan dan lipstik berbagai warna dengan alasan sedang diskon.
Sang suami Arief, awalnya merasa kebiasaan Sarah masih dalam batas wajar. Tapi toh sekarang Sarah sudah semakin berlebihan, bahkan "kecanduan" belanja online
Sampai pada satu sore di hari Minggu, Arief yang tengah berada di rumah kaget karena didatangi seorang perempuan yang mengaku ingin menagih uang arisan karena Sarah tak kunjung membayar.
Saat itu Arief mulai sadar, istrinya tengah kesulitan mengurus keuangan keluarga karena ditutupi nafsu berbelanja. Terpaksa bayar hutang arisan, Arief kemudian berencana untuk 'menperketat' pengeluaran keuangan Sarah bagaimana pun caranya.
Boros sendiri memiliki dua macam. Ada boros karena tidak mampu mengatur keuangan, seperti istilah besar pasak daripada tiang dan ada juga boros karena gemar berfoya-foya. Solusi dari dua jenis boros tersebut adalah bantu pasangan untuk mengelola keuangan agar memiliki pagar dan tidak terjadi hal-hal yang kebablasan.
Sementara itu, boros juga bisa dilihat dari berbagai sisi. Bisa jadi, istri tidak boros, tapi suami lah yang bertingkah super pelit.
Misal, istri membeli sebuah lipstik setelah berbulan-bulan tidak pernah berbelanja apapun namun si suami menganggap pengeluaran tersebut sebagai suatu pemborosan keuangan keluarga.
Satu hal yang pasti, masalah keuangan adalah hal yang sangat sensitif dan krusial dalam pernikahan. Uang, secara kasar, dapat menjadi sumber malapetaka atau juga sumber kebahagiaan dalam keluarga.
Maka jika Anda memiliki pasangan boros, solusi seperti menarik kartu kredit, memberikan uang secara harian dibandingkan bulanan atau bahkan ikut berbelanja dengan pasangan agar ikut memantau pengeluaran, bisa jadi pilihan.