Dr. Ira Alia Maerani (dosen Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang)
Kondang Syaukani (Mahasiswa Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Unissula, Semarang)
Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata agonstik? Atau mungkin banyak dari kalian yang Agonstik itu sama dengan Ateis? Padahal dua hal tersebut sebenarnya berbeda. Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang memilih Agnostikme sebagai jalan hidupnya memandang Tuhan atau Sang Pencipta yang Maha Kuasa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agnostik merupakan orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi (Misalnya Tuhan) tidak dapat diketahui dan tidak mungkin dapat diketahui. Sedangkan ateis adalah orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan.
Terdapat perbedaan mendasar antara Agnostik dan Ateis. Seorang yang Agnostik tidak menyangkal adanya eksistensi Tuhan secara mutlak, sedangkan seorang Ateis akan menyangkal eksistensi Tuhan karena tidak dapat dibuktikan secara Empiris mengenai keberadaan-Nya.
Apakah Agnostik merupakan Suatu Agama?
Sejatinya agnostik bukanlah suatu agama, melainkan pandangan seseorang mengenai eksistensi Tuhan. Seorang Agnostik memiliki pandangan yang penuh keragu-raguan mengenai Tuhan, karena tidak dapat dibuktikan wujudnya.
Seorang agnostik biasanya akan menolak segala bentuk indoktrinasi dan dogma dalam agama serta menolak segala bentuk peribadatan. Mereka akan membebaskan pikiran dan tindakan mereka dari segala macam aturan dan praktek peribadatan yang mengatasnamakan Tuhan.
Seorang agnostik hanya akan melakukan hal yang menurutnya baik saja, namun tidak terikat dengan agama manapun. Seperti memberi orang miskin, menolong orang yang kurang mampu, dan lain sebagainya. Namun, karena agnostic bukan agama jadi tidak ada praktek-praktek peribadatan seperti sholat, misa, ataupun sebagainya.
Fenomena Agnostik di Indonesia
Semakin hari, makin banyak saja orang yang melabeli dirinya agnostik di Indonesia. Banyak orang yang menjadikan agnostic menjadi akhir dari perjalanan spiritualnya. Untuk alasannya sendiri bermacam-macam, mulai dari keraguan akan adanya Tuhan sampai karena muak dan jenuh dengan praktek peribadatan yang bersifat mengikat.